Selasa, 30 September 2008

Lebaran 2008

Kami mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H / 1 Oktober 2008 M.

Read More..

Senin, 22 September 2008

Peran Ibu dalam membentuk generasi Unggulan bangsa

Oleh : Rahima

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Sebulan yang lalu, saya diminta oleh panitia Ramadhan untuk mengisi ceramah di Mesjid Indonesia Cairo (MIC). Saya, iakan,..namun, saya tak tahu apa judul yang akan diberikan kepada saya. Saya minta jadwal saya diakhir Ramadhan, karena saya harus mempersiapkan dulu bahannya. Panitia mengabulkannya.

Nama saya tercantum pas tgl 20 Ramadhan. namun, dua minggu sebelum tgl 20 itu, panitia sampaikan, kalau ada salah seorang penceramah berhalangan tanggal 26 nya. Yah..ngak papa, biar saya diundur saja.

Saya santai-santai aja, belum juga mempersiapkan bahannya. Bahkan tgl 18-19 saya pergi keluar kota sekeluarga, karena ada rihlah.

Malamnya sangat letih, pagi jam 11, panitia nelpon saya, bilang kalau tanggal 20 ini, ustadaz nya berhalangan lagi. Bisa tidak Ibu yang maju gantikan nantik?

" Wah,.saya bilang...ngak bisalah,..saya capek, baru pulang tadi malam, dan rencana pagi ini dah janji sama anak saya mo pergi ke toko mainan, ia minta belikan remote control, karena awal Ramadhan kita janji akan belikan dia remote control, kalau AlQurannya tammat selama sebulan Ramadhan ini. Saya belum siapkan bahannya sama sekali, habis dikirain tgl 26 sih. Ceramahkan perlu juga persiapan?"

Begitu saya sampaikan pada panitia. Duh,.Bu,.gimana yah, siapa lagi Bu,..orang pada pergi..?

Ketika itu anak saya mendengar, dan saya tanyakan pada anak saya. Gimana Rahmat, mama diminta ceramah malam ini, kita ngak jadi ke toko mainannya ngak papa?

"Ngak papa mama", jawab anakku. Ok. Tunggu dulu, saya tanyakan suami saya dulu yah?

Saya nelpon suami saya. :"Gimana Uda, Ima diminta ceramah malam ini?"
Jawab suami saya: "Yah,..itu terserah Ima, Ima siap ngak?". Lha,..uda tau sendirikan, kalau Ima belum siapkannya sama sekali.

Padahal hari-hari sebelumnya suami sering tanya, gimana, sudah disiapkan bahan ceramahnya belum? Selalu jawabku belum,..belum kebuka pikiran untuk nulis topik itu Uda",..selalu itu jawabku.".

Suamiku bilang. "Ima ini memang begitu orangnya, santai banget..sudah keburu2 baru bisa serius. "Ima bingung, sebab Ima akan berceramah masalah yang justru Ibu-Ibu, Bapak-bapak disana jauh lebih berpengalaman dari Ima, kan malu, kita masih seumur jagung dalam mendidik anak, dah nasehatin orang yang anak-anaknya dan berhasil, mereka jauh lebih berpengalaman lagi, jadi belum kebuka pikiran Uda...". "Yah,..sudah,..sampaikan aja apa yang mau Ima sampaikan, ngak usah pandang siapa yang hadir".

"Akhirnya suamiku jawab lagi dalam telpon, yah,.sudah, kan masih ada waktu beberapa jam, siapkan aja sekarang".

Akhirnya, aku melirik buku :"Fiqh Tarbiyatul Abnaak"(Fiqih bagaimana cara mendidik anak (dalam islam tentunya)".

Yah,..dari situ, aku baca satu buku sekaligus dalam jangka beberapa jam saja. Kemudian, kucoba untuk menuangkannya dalam tulisan. Dan alhamdlulillah selesai juga, dan kusuruh anakku memprintkannya di toko komputer, dengan membawa flash saja.

Alhamdulillah, saya bisa menyampaikan ceramah dengan sambutan cukup seru dan ramai juga. Bahkan ada yang minta tanya jawab. namun, karena besok bukan hari libur, maka sudah menjadi aturan, hanya besoknya hari libur saja yang ada tanya jawabnya. Syukurlah, saya pikir, sebab, hakikatnya suara saya sudah hampir hilang, dikarenakan saya masih batuk, dan kecapean dari luar kota. Mudah-mudahan dilain waktu aja tanya jawabnya.

Dari hasil tulisan, tidak semua yang ada didalam tulisan ini saya sampaikan, dan tidak semua pula yang saya sampaikan ada dalam tulisan ini. Susah juga, rencana akan dihafal saja, ternyata tidak bisa, sebab, saya tidak terbiasa kalau ceramah itu hasil hafalan. Lucu rasanya. Seakan kita tidak sedang berbicara dengan audiens kita. Kalau hasil hafalan yang kita tulis itu. Maka, point-pointnya saja yang saya sampaikan, dan bahasa tulisan tidak sama dengan bahasa lisan saat berdiri diatas podium. Diatas podium, biasanya lebih bersemangat, sementara bahasa tulisan, jauh lebih tenang, hanya isinya hampir sama saja, paling kurang lebih sedikit.

PERAN IBU DALAM MEMBENTUK GENERASI UNGGULAN BANGSA
OLEH Ibu Rahima Rahim .MA

Bismillahirrahmaanirrahim,

"Alhamdulillahilladziiy khalaqa Fasawwaa, Wa'a'thaa kullaasyaiin khalqahu Tsumma haday, wasshalaatu wassalamu, 'ala muhammdin nabiyyil Hudaay, Wa'alaa 'aalihi washahbihi wamanihtaday"

Qaalallahu, Ta'ala filQuranilkariim : "Wal Yakhshalladziina lau tarakuu minkhalfihim dzurriyyatan dhii'aafa khaafuu 'alaihim fal yattaqullaaha walyaquuluu qoulan sadiidaa".

"Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak(keturunan) yang lemah, hendaklah mereka takut akan kesejahteraan mereka, dan bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar".

Bapak-bapak, Ibu-ibu anak-anak siswa/siswi saudara saudari sekalian yang saya muliakan.

Berbicara masalah peran seorang Ibu, terhadap pembentukan generasi unggulan bangsa sebenarnya sangatlah pentingnya. Namun terlebih penting dan terlebih baik lagi, apabila kita memberikan topic ini, jauh lebih luas lagi, yakni Peran Orang Tua terhadap pembentukan generasi bangsa.

Sebab, hanya berbicara pada peran seorang Ibu serasa, kita berbicara hanya tentang seekor sayap burung saja, sementara burung kalau terbang tinggi memerlukan dua sayap sekaligus, akan pincang dan akan lumpuhlah ia tanpa kedua sayapnya. Begitupulalah pembentukan generasi bangsa unggulan, haruslah berpegang pada peran kedua orang tua, bukan Ibu saja, tidak pula Bapak saja, tetapi ayah dan Ibu sekaligus.

Bapak-bapak, ibu-ibu saudara saudari jamaah mesjid sekalian yang saya hormati,

Apabila saya yang diminta untuk menyampaikan masalah Peran orang tua ini, tentu dengan tanpa mendahului dan tanpa menghilangkan rasa hormat saya kepada para Ibu-ibu, bapak-bapak yang jauh lebih berpengalaman dari saya dalam mengurus dan membentuk generasi bangsa yang bahkan sudah banyak menghasilkan generasi cemerlang dan maju, baik maju sisi dunia, maupun sisi agamanya. Saya disini seakan sedang mengajari ikan yang sudah memang pandai berenang. Saya sedang memberikan ceramah pada orang yang jauh lebih berpengalaman dari saya ketimbang diri saya yang masih muda sekali belum, tua sekali juga belum, namun boleh dikatakan masih sedang mekar, belum layu lagi.

Namun, yang namanya amanah dan tugas yang sudah diberikan panitia kepada saya, untuk itu saya ucapkan terima kasih dan saya terima tugas, amanah ini dengan sebaik-baiknya dalam rangka saling nasehat menasehati dalam kebaikan, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Bapak, Ibu Jamaah shalat tarawih yang saya muliakan.

Kenapa saya mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan dalam membentuk generasi unggulan bangsa, diperlukan juga bukan selain ibu, namun Bapak juga?

Ini karena sudah sangat jelas, peran seorang ayahlah yang justru saya lihat banyak tercantum didalam AlQuranulkarim.

Coba mari sama-sama kita lihat. Siapakah yang banyak disebut dalam AlQuran dalam memberikan nasehat kepada anak-anaknya,..sang Ibukah..atau ayahkah..?

Jawabnya, banyak di ayah. Buktinya apa?

Mari kita lihat nasehat Luqman kepada anaknya(Q.S Luqman 31:13-19) : " Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu dia memberi pengajaran kepada anaknya, Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah ke dzaliman yang besar,

Wahai anakku, sesungguhnya jika suatu perbuatan seberat biji Sawi, dan berada dalam batu atau langit, atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya(membalasinya), sesungguhnya Allah maha halus, lagi maha mengetahui,

Hai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah manusia mengerjakan yang baik, dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah Ta'ala.

Janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia, karena rasa sombong, dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,

Dan sederhanalah dalam berjalan, lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai".


Bapak, Ibu sekalian, mari kita lihat lagi peran nabi ayah nabi Yusuf yakni Ya'qub, putera Ishaq, putera nabi Ibrahim alaihissalam , tatkala ia menasehati anaknya Yusuf 'alaihissalam dalam menghadapi mimpi, untuk menjaga rasa iri kakak-kakaknya, apa yang beliau katakan, tatkala nabi Yusuf bercerita "Wahai ayahku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku, sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku"?

Sang ayah yang bijak dan budiman berkata :"Wahai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar untuk membinasakanmu, sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia".(Q.S Yusuf 4-5).

Kita lihat lagi, bagaimana bijaksana dan tidak otoriternya nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail, ketika mendapatkan perintah dari Allah Subhanahu Wata'ala untuk menyembelih anaknya, apa yang dilakukan nabi Ibrahim? Ia berdiskusi pada anaknya:"Wahai anakku, aku melihat dalam mimpiku, aku menyembelih kamu, maka apakah pandanganmu dalam hal ini?".(Q.S As Shaffat 102). Apa jawab anak yang shalih tersebut :"Wahai ayahku, lakukanlah apa yang dilakukan Allah kepadamu, sesungguhnya engkau akan mendapati aku dari orang-orang yang sabar".

Baik nabi Ibrahim ataupun nabi Ya'qub selalu mewasiatkan kepada anak-anaknya :"Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati, kecuali kamu dalam keadaan Islam".

Subhanallah, betapa wasiat yang agung pembentuk generasi unggulan bangsa, keimanan, keislaman dan jauh dari syirik, serta selalu berakhlakul karim, tidak sombong, dan tidak angkuh. Semua itu adalah sebahagian dari isi nasehat seorang ayah kepada anaknya. Lihatlah betapa besar peran ayah pada pembentukan generasi unggulan bangsa, apakah kita mengingkari firman Allah ta'ala ini, tentu tidak bukan?

Lantas, kita lihat lagi, bagaimana peran Ibu yang ada didalam AlQuranulkarim.

Mari sama-sama kita lihat, Ibundanya siti Maryam, ketika sedang mengandung anaknya Maryam, apa yang dikatakannya?

Ingatlah, ketika istri Imran berkata :"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang berada dalam kandunganku, menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmad(di Baitul Maqdis), karena itu terimalah nadzar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui,

Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata :"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak lelaki tidaklah sama dengan anak perempuan, sesungguhnya aku telah menamainya Maryam, dan aku memohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau dari syetan yang terkutuk".

Subhanallah, seorang Ibu yang shalih, sebelumpun anaknya lahir, sudah meminta perlindungan kepada Allah akan keselamatan anaknya, bahkan keselamatan cucu/keturunan dari anak-anaknya tersebut.

Dan peran Do'a kedua orang tua, seharusnya selalu setiap selesai shalat selalu mendo'akan kebaikan untuk keturunannya."rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatina qurrata 'ayun, waj'alnaa lilmuttaqiinaa imaamaa".

Dapat dibayangkan, bukan sekedar berdo'a menjadi orang yang shalih, tetapi Imam bagi orang yang shalih, Imam orang bertqwa, betapa tinggi do'a orang tua terhadap anak-anaknya. Dan itulah kewajiban orang tua terhadap anak, yakni mendo'akannya selalu.

Dalam sebuah hadits riwayat atturmudzi, dan Ibnu Hibba dalam kitab shahihnya "Tidak ada yang bisa merubah/menolak qadha(yang sudah ditentukan oleh Allah Ta'ala), kecuali Do'a, dan tidak ada yang bisa menambah umur, kecuali kebaikan".
Dan hal ini dikuatkan dengan firman Allah Ta'ala :Allah menghapuskan apa yang dia sukai, dan menetapkan juga apa yang telah tertulis di Ummil kitaab".

Imam Assyaukaani dalam bukunya "Tuhfatuddzaakirin halaman 20 mengatakan :"Do'a adalah dari ketentuan Allah Ta'ala, sesungguhnya Allah telah menetapkan sesuatu terhadap hambanYa, muqayyidan terhadap hambanYa, kalau ia tak berdo'a, maka jika dia berdo'a maka akan berubahlah qadha tersebut dengan izinNya".

Orang tua dilarang mendo'akan baik dengan sengaja, atau tanpa sengaja untuk anaknya, sebab bisa jadi do'a tersebut diucapkan pas ketika waktu-waktu yang mana do'a di terima oleh Allah Ta'ala, dan diaminkan oleh Malaikat.


Dalam sebuah riwayat, seorang lelaki yang sedang memegang hewan ternaknya, kemudian dia melaknat hewan tersebut. Lantas apa kata rasulullah, :Sipakah yang melaknat hewan piaraannya tadi? Lelaki itu berkata ;"Aku Ya Rasulullah, kemudian Rasulullah menyuruhnya turun dan jangan menemai hewan piaraan itu lagi, dan Rasulullahpun berpesan kepada ummat islam: Janganlah kamu berdo'a (kejelekan) atas diri kamu, anak-anak-anak kamu, juga terhadap harta benda kamu, bisa jadi saat kamu berdo'a Allah mengabulkannya"(H.R Muslim 3009).

Bagi kedua orang tua, dalam mepersiapkan anak generasi unggulan bangsa, hendaklah bersikap taqwa, dan berkata yang benar. Sebab, Allah berfirman :"Sesungguhnya Allah menerima amalan dan do'a dari orang-orang yang bertaqwa"(Al Maidah 27)

Disebutkan dalam sebuah hadits, riwayat Muslim di shahihnya dari Abi Hurairah, :Seorang lelaki yang sedang dalam perjalanan panjang, dan berdo'a kepada Allah ta'ala :" Yaa..Rabbb..ya rabbb…!!, sementara makannanya dari hasil yang haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia diberi dari makanan gizi dari hasil yang haram, maka bagaimana bisa di kabulkan Do'anya?

Kemudian, untuk membentuk generasi unggulan bangsa, selain Do'a, maka anak dipersiapkan dengan Ilmu-Ilmu baik Umum dan Agama. Rasulullah bersabda :"kamu, lebih mengetahui urusan dunia kamu, dan kami lebih mengetahui urusan akhirat kamu". Dan carilah apa-apa yang diberikan Allah pada kamu akan urusan akhirat, tetapi jangan sampai kamu lupakan urusan dunia kamu.

Anak diajarkan agar terbiasa patuh dan berbakti serta berbuat baik kepada dua Ibu Bapanya, karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua.(dan kepada kedua ibu bapa berbuat baiklah, dan janganlah kamu katakan kepada keduanya Ah..Cis,..dan janganlah kamu menghardik keduanya(apalagi sampai menjelekkannya dihadapan siapapun)

Anak diajarkan jangan menserikatkan kepada Allah. Tauhidullah hanya meminta kepada Allah Ta'ala, jangan mensekutukannya baik syiri' Ubudiyyah, maupun amaliyyah dan qauliyyah(Syirik Ibadah, amalan dan perkataan).

Anak-anak diajarkan Berakhlak yang baik, akhlaq mulia, yang cukup panjang dalam pembahasan ini, tidak mungkin dibahas disini.kita tahu, bahwa Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlaq
Demikianlah yang dapat saya berikan dalam waktu yang singkatnya, terlebih dan terkurang saya mohon dimaafkan. Apabila ada kesalahan, itu berasal dari saya dan syetan yang terkutuk, yang benar datangnya dari Allah semata.

Wassalamu'alaikum. Rahima. Cairo 20 Ramadhan 2008

***

Sumber :

Mailis syiar-islam@yahoogroups.com

Selasa, 23 September 2008

Read More..

Rahasia Kehidupan

Oleh : Mimi Ancilla


Seorang pria mendatangi Sang Guru, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.

"Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan.

Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, "Kamu sakit.Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo.

Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit

Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha,pasti ada pasang-surutnya.


Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng.

Apa sih yang langgeng,yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan.
Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita


"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku," kata Sang Guru.

"Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup," pria itu menolak tawaran
Sang Guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
"Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baiklah, kalau begitu maumu.
Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang. Besok malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yg ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati. Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol 'obat' dari Sang Guru. Dan......

ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya... Begitu santai!!!

Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebas dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan utk

makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau.

Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu."

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya
masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Sang istri pun merasa aneh sekali. Selama ini, mungkin aku salah, "Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini boss kita kok aneh ya?"

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah.

Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat. Tiba-tiba hidup menjadi indah.

Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pa, maafkan kami semua.
Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Seketika hidup menjadi sangat indah.

Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum?

Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi,

"Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh! Jika kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan

kesadaran bahwa engkau bisa mati kapan saja, kau akan menikmati setiap detik kehidupan.

Hilangkan egomu, keangkuhanmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan.

Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan.

Itulah kunci kebahagiaan."

Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya.

Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja. Itulah sebabnya, ia

selalu tenang, selalu bahagia!

Tunggu. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA. Tapi masalahnya:

apakah kita SELALU SADAR bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA???

***

Sumber :

Mailis Money_Magnet@yahoogroups.com

Selasa, 23 September 2008

Read More..

Tantangan Indonesia, Susutnya Budaya Baca

Oleh : BK.Wibowo

Menurut John Naisbitt, abad kita saat ini sudah mengalami pergeseran ke arah
Visual Culture, ini ditandai dengan menurunnya oplah koran (di Amerika),
pergeseran bentuk dari koran ke tabloid, novel ke graphic novel, dan
mencuatnya disain sebagai keunggulan kompetitif (iPod, MacBook).

Sesuatu akan berevolusi apabila bentuk baru dirasa lebih adaptif terhadap
lingkungan. Dalam hal ini, pergeseran budaya dari tulisan ke arah visual
menandakan bahwa bentuk visual dapat lebih diterima oleh masyarakat umum.
Kemudahan belajar dengan menggunakan mindmap juga membuktikan itu.

Anak kecil belajar dengan pengalaman. Mereka mencari pengalaman yang
menyenangkan, dan menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan.

Sistem pendidikan kita masih menganut budaya tulisan, ini karena pada
awalnya orang dianggap pandai jika menguasai budaya tulisan. Akhirnya para
pendidik pun sebagian besar masih menganut budaya tulisan. Dan akhirnya ini
yang membentuk mindset bahwa turunnya minat membaca sebagai sesuatu yang
patut dikhawatirkan.

Menurut saya, yang patut dikhawatirkan adalah turunnya minat belajar. Tidak
perlu dipersoalkan dengan cara apa manusia belajar, baik itu tulisan maupun
visual. Tulisan dalam hal ini juga awalnya digunakan untuk mencatat sejarah,
menyebarkan ataupun mewariskan suatu ilmu atau pengetahuan. Mengapa tulisan
pada awalnya berkembang? Karena sistem percetakan jaman dulu lebih mudah
untuk mencetak tulisan, dalam artian tulisan lebih mudah untuk di-scale up.
Jika saat ini teknologi percetakan visual maupun multimedia digital telah
mampu mengakomodasi kebutuhan mewariskan ilmu, why not?

Yang menjadi persoalan, adalah kurangnya materi bahan pengajaran dalam
bentuk visual. Ini menurut saya, karena sedari awal tim penyusun kurikulum
didominasi oleh orang dengan kemampuan otak kiri yang menonjol, sehingga
pengajaran dalam bentuk visual masih belum bisa diterima secara luas.

Mizan sendiri setahu saya dulu juga sempat menerbitkan buku-buku pengetahuan
dalam bentuk komik/graphic novel, tapi sekarang tidak saya temui lagi di
Gramedia. Mungkin topik-topik yang diambil saat itu cukup berat, seperti
Mekanika Quantum maupun Chaos Theory.

Jadi sebaiknya bukan memaksakan minat baca kepada anak, tetapi menumbuhkan
minat belajar anak dengan mengakomodasi kebutuhan belajar anak dengan cara
yang mereka suka. Dan jika cara belajar yang lebih disukai adalah cara
belajar dengan multimedia, solusinya sekarang adalah penyediaan materi
belajar berbasis multimedia.

Saat ini dengan akses internet di Indonesia yang masih terbatas, masih lebih
mudah buat saya untuk "menulis" email ini. Tapi mungkin suatu hari kita akan
saling mengirimkan video kita sedang berbicara dalam milis ataupun dengan
cara lain yang lebih multimedia :)
***

Sumber :

Mailis DikBud@yahoogroups.com

Selasa, 23 September 2008

Read More..

Ilmuwan-Ilmuwan Indonesia Berprestasi Global

Oleh : marhum Mochtar <Mochtar_Marhum@yahoo.com>

[ Senin, 22 September 2008 ]
Nama Mendunia, Gaji Rp 2,4 Juta
Ilmuwan-IlmuwanIndonesia Berprestasi Global

Enam ilmuwan Indonesia masuk daftar Wise Index of Leading Scientists and Engineer. Daftar tersebut dikeluarkan sebuah lembaga internasional berkredibilitas di bidang sains dan teknologi. Siapa saja mereka? Mengapa dalam hal ini kita masih kalah dengan Malaysia?

----------

Malu. Itulah yang dirasakan Tjia May On ketika namanya masuk deretan Wise Index of Leading Scientists and Engineer bersama lima ilmuwan tanah air yang lain. Mengapa malu? Guru besar Fisika dari ITB (Institut Teknologi Bandung ) itu lantas membandingkan dengan negara lain.

''Malaysia saja punya 27 ilmuwan yang diakui dunia. Sampai-sampai dalam daftar itu kita ini masih kalah dengan Maroko, yang secara kultur dan kesejahteraan masyarakat jauh di bawah Indonesia,'' kata profesor berusia 74 tahun yang masih tampak energik ini ketika didatangi Jawa Pos di kantornya, kompleks kampus ITB, Jumat lalu (19/9).

Wise Index of Leading Scientists and Engineer adalah sebuah daftar yang dikeluarkan Comstech (Standing Committee on Scientific and Technological Cooperation), lembaga yang bertujuan meningkatkan promosi serta kerja sama sains dan teknologi di antara negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Nama Tjia masuk deretan daftar tersebut karena konsistensinya dalam menekuni bidang partikel kuantum dan kosmologi relativistik. Dia juga menekuni penelitian polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor.

Selama 33 tahun, Tjia tekun dengan penelitiannya itu, baik dilakukan secara individu maupun tim. Hingga kini, profesor kelahiran Probolinggo 25 Desember 1934 itu telah menerbitkan dua buku teks, 24 penelitian kolaboratif internasional, 86 jurnal ilmiah internasional, 44 presentasi simposium internasional, 44 publikasi jurnal nasional, dan 77 presentasi imiah nasional.

Sebagian karya ilmiahnya dipublikasikan di jurnal internasional Physical Review, Nuclear Physics, Physica C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering, dan Journal of Non-linear Optical Physics.

Tjia menyelesaikan studi sebagai sarjana fisika pada 1962 di ITB. Setahun kemudian dia melanjutkan belajar fisika partikel di Northwestern University, Amerika Serikat, hingga meraih PhD pada 1969 dengan tesis berjudul �Saturation of A Chiral Charge-Current Commutator.

Pada 1966, risetnya bersama fisikawan CH Albright dan LS Liu masuk Physical Review Letters dengan judul Quark Model Approach in the Semileptonic Reaction.

Pada awal 1960-an, para sarjana fisika di Indonesia baru mempelajari partikel kuantum dan kosmologi relativistik. Dua bidang itu yang mengubah pandangan dunia secara radikal-revolusioner awal abad XX tentang alam semesta dan asal-usulnya. Sepuluh tahun kemudian, di Indonesia hanya ada lima nama yang punya otoritas untuk berbicara tentang kuantum dan relativitas. Salah seorang di antara mereka adalah Tjia. Empat nama lain kala itu adalah Ahmad Baiquni, Muhammad Barmawi, Pantur Silaban, dan Jorga Ibrahim. Mereka adalah angkatan pertama yang jumlah penerusnya relatif sedikit dibandingkan dengan bidang fisika terapan.

Tjia juga sempat ikut riset di International Center of Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan fisikawan peraih hadiah Nobel asal Pakistan, Abdus Salam. Saat itulah, dia meninggalkan fisika partikel dan memasuki riset polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor. Dalam dua bidang terakhir itu, namanya menginternasional.

Penggemar musik klasik karya Bach, Haydn, Mozart, dan Beethoven itu lantas mengkritisi kebijakan pemerintah Indonesia yang kurang berpihak kepada pengembangan ilmu. Salah satu contohnya, tegas dia, adalah rendahnya kesejahteraan secara finansial yang diberikan pemerintah kepada ilmuwan dan peneliti. ''Saya tidak mencontohkan siapa-siapa, Anda lihat saya saja,'' ujar penerima penghargaan Satyalencana Karya Satya itu.

Tjia menceritakan, dia pensiun dari ITB dengan gaji Rp 2,4 juta. Sampai sekarang, dia bahkan tetap tinggal di kompleks perumahan pegawai ITB. Layaknya pegawai negeri sipil (PNS) lain, untuk memenuhi kebutuhan dapurnya, dia bahkan masih sering ''mengamen'' mengajar di kampus lain. ''Seminggu dua kali saya mengajar di Universitas Indonesia (UI), naik kereta biar bisa baca-baca,'' tuturnya.

Tjia juga menyinggung seputar riset Indonesia yang tertinggal jauh dari negara lain. Semua, lanjut dia, mengarah kepada kesalahan pada sistem riset di Indonesia. Pertama, karena memandang orang secara pragmatis, berdasarkan gelar saja. Kedua, Indonesia belum sadar akan kekuatan riset. Dan, selanjutnya adalah paradigma pemerataan yang menyesatkan.

Soal gelar itu, Tjia konsisten. Ketika dia menjabat sekretaris jurusan (satu-satunya jabatan birokrasi yang pernah dia emban), dia mengusulkan agar setiap papan nama staf pengajar ITB tidak mencantumkan gelar. Dan, itu dia lakukan selama menjabat.

''Zaman sekarang, setelah jadi doktor, orang terus merasa jadi gusti,'' kritiknya. ''Indonesia punya banyak doktor, tapi banyak yang mandul!'' sambungnya.

Di Amerika Serikat (AS), terang Tjia, seorang ilmuwan bisa saja masuk ke dunia birokrat. Menjadi kepala NASA, misalnya. Namun, di AS, track record seorang calon kepala NASA benar-benar dilihat. Jadi, karya-karyanya berupa hasil penelitian atau publikasinya yang menjadi pertimbangan. Di sana, terang dia, orang yang benar-benar teruji dan berpengalaman saja yang bisa duduk di posisi strategis semacam itu. ''Hasilnya jelas memuaskan, kebijakan-kebijakannya benar-benar mengena dan dapat membangun,'' tegasnya.

Menurut Tjia, hal itu menjelaskan mengapa di Indonesia banyak kebijakan, terutama di dalam dunia sains dan teknologi, yang tidak mengena dan terkadang justru melenceng jauh. Selain itu, banyak dana riset hanya terbuang percuma karena tidak efektif dan efisien akibat orang-orang yang berkecimpung di dalamnya hanya bergelar doktor, tanpa karya dan kompetensi nyata.

***

Menurut Tjia, pengajaran fisika di Indonesia justru membunuh kreativitas murid. Baik yang diajarkan di setingkat SMP maupun SMA. Dia mencontohkan, proses mengajar selama ini hanya ditekankan kepada satu proses pemahaman fenomena alam, atau lazim dikenali sebagai proses deduktif. Bila cara itu yang digunakan, proses itu tidak akan berhasil membuat anak menjadi kritis analitis. Justru efek sampingnya membunuh kreativitas anak. Terutama dalam upaya menyisir fakta-fakta dari fenomena rumit untuk menghasilkan konsep hipotesis atau model teori yang sederhana.

''Mengapa negara kita semrawut? Jawabannya karena orang hukum hanya bicara bukti, bukan fakta,'' katanya.

Dalam pengajaran fisika di sekolah-sekolah menengah di Indonesia, menurut Tjia, anak diajarkan terlatih menurunkan rumus. Namun, sebaliknya, anak tidak diberi ruang untuk melatih melakukan generalisasi, abstraksi, atau idealisasi dari fakta atau fenomena alam untuk merumuskan suatu model teori. ''Padahal, dalam melakukan generalisasi inilah, tumbuh kreativitas anak dalam melihat fenomena alam,'' katanya. (zul/kum)

[ Senin, 22 September 2008 ]
Effendy PhD, Profesor Kimia Langka
Demi Indonesia, Tolak Tawaran dari Luar Negeri

Namanya singkat: Effendy. Pada 1994, ketika umurnya 38 tahun, dia sudah menjadi doktor bidang kimia anorganik fisik, konsentrasi kristalografi dari University of Western Australia. Kini dia tergolong profesor langka di Indonesia karena menekuni bidang yang langka.

---------

Sejak 1990 hingga saat ini, Effendy tercatat telah melakukan 74 kali penelitian. Semuanya terpublikasi dalam jurnal internasional. Antara lain Australian Journal of Chemistry, Inorganic Chemistry Communication, Inorganica Chimica Acta, The Journal of Chemical Society, dan DaltonTransactions. Termasuk jurnal kimia berbahasa Jerman, Zeitschrift f�r Anorganische und AllgemeineChemie.

Peneliti kelahiran Bululawang, Malang, 29 September 1956 itu juga menulis artikel untuk beberapa jurnal nasional bidang kimia. Termasuk puluhan artikel yang dia tulis untuk jurnal MIPA UM (Universitas Negeri Malang, dulu IKIP Malang), forum penelitian di Lemlit UM, dan media Alchemie FMIPA Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).

Sejak 23 tahun lalu, dosen di Departemen Kimia UM itu juga menulis delapan buku kimia. Baik untuk jenjang SMA maupun jenjang pendidikan S-1. Beberapa buku yang dia tulis dalam bahasa Inggris diperuntukkan bagi siswa SMA berstandar internasional.

�����Bukupertamanya berjudul: Teori VSEPR: Teori Kepolaran dan Gaya Antarmolekul. Buku ini diselesaikan dalam waktu 20 tahun, sejak masih kuliah S-1. Sedangkan buku-buku lain dia selesaikan, rata-rata 10-15 tahun.

Penelitian yang dilakukan Effendy konsisten dalam bidang kimia anorganik fisik, konsentrasi kristalografi. Dia melakukan penelitian secara berantai dalam bidang yang masih jarang diterjuni peneliti kimia di Indonesia itu. Karena ketekunannya dalam bidang itulah, dia hingga saat ini masih aktif sebagai visiting researcher pada departemen kimia di The University of Western Australia. Tenaganya masih dibutuhkan di sana.

Golongan penelitian yang ditekuni bapak tiga putra itu adalah basic science (ilmu pengetahuan dasar) kimia.

"Tanpa penelitian basic science yang kuat, sulit bagi negara ini bisa cepat maju dalam pembangunan bidang kimia. Bidang kimia banyak sekali kaitannya dengan kehidupan," ungkap dosen teladan UM 1997 itu.

Dia mencontohkan, penelitiannya banyak berhubungan dengan struktur sebuah senyawa. Termasuk mensintesis (menciptakan) sebuah senyawa baru. Dengan mengetahui sebuah struktur suatu senyawa kimia secara jelas, bisa diprediksikan kegunaan sebuah senyawa tersebut. Senyawa baru yang dibuat dan dipetakan struktur atomnya bermanfaat untuk reaksi yang lebih besar. Kegunaannya bisa untuk dunia kedokteran, pertanian, industri, dan obat-obatan.

Di banyak universitas luar negeri, keahlian mengutak-atik struktur sebuah senyawa kimia penting untuk pembuatan obat-obatan kimia. Pengetahuan struktur sebuah senyawa bisa untuk menentukan arah reaksi yang diharapkan. Dengan begitu, banyak problem dalam kehidupan yang bisa diperbaiki dengan pendekatan pengetahuan struktur sebuah senyawa kimia.

"Beberapa penelitian saya digunakan untuk aplikasi pembuatan antikanker, antijamur dan antibakteri oleh ilmuwan di Australia," ungkap Effendy.

Menjadi peneliti, katanya, adalah tugas dosen. "Tugas dosen utamanya adalah meneliti untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Di luar negeri, semua dosen begitu. Hanya di Indonesia yang tidak begitu," sesalnya.

Saran dia kepada para dosen, mereka harus mulai konsentrasi melakukan penelitian. Sebaiknya mereka bekerja sama dengan peneliti dari luar negeri untuk bisa mengatasi masalah pendanaan. Sebab, dana penelitian sangat besar. Dia contohkan, untuk membuat sebuah senyawa baru, minimal dibutuhkan dana USD 2.000 (sekitar Rp 19 juta). Itu belum termasuk analisis struktur dan segala aspek lain. Tanpa kerja sama dengan peneliti luar negeri, sulit menghasilkan penelitian yang berkualitas dan dijadikan referensi internasional.

***

Dengan keilmuan yang dia kuasai, Effendy mendapat banyak penawaran mengabdi secara tetap di institusi pendidikan lain. Di luar negeri, misalnya The University of Western Australia, maupun sebuah universitas di Kanada. Beberapa perguruan tinggi di dalam negeri, sebut saja ITB, UGM, dan UI, juga pernah menawarinya untuk pindah meneliti. Namun, semua tawaran itu dia tolak. Hingga kini dia masih bertahan sebagai peneliti dan dosen kimia UM. Untuk tawaran luar negeri, dia memilih menjadi visiting researcher (peneliti tamu).

Mengapa semua tawaran itu dia tolak? Bagi Effendy, menjadi manusia bermanfaat jauh lebih penting ketimbang hanya mengejar materi. Untuk menjadi manusia bermanfaat bagi banyak orang, haruslah memilih wilayah yang banyak terdapat masalah. Indonesia, kata Effendy, masih punya segudang masalah yang bisa diselesaikan dengan kemampuan keilmuan yang dia miliki. Berbeda dengan negara maju yang sudah banyak tenaga ahli kimia.

Dia merasa lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat apabila berada di Indonesia. Di luar negeri, meski kompensasi materi jauh lebih besar, dia menganggap manfaatnya hanya untuk sekelompok orang. "Saya tetap harus membangun Indonesia ini. Sebab, di sini masih banyak problem yang harus dijawab. Buku pelajaran kimia yang selalu up to date dengan perkembangan ilmu pengetahuan dunia saja, belum banyak yang ngurusi," kata profesor yang lahir di desa kecil bernama Wandanpuro, Bululawang, Kabupaten Malang itu.

Ke depan, bimbingan dari Prof Allan H. White PhD (profesor dengan publikasi terbanyak di dunia) itu ingin mendirikan pusat kristalografi di UM. Kristalografi bisa dikatakan sebuah metode cepat dan modern untuk mengetahui sebuah struktur senyawa kimia. Dengan kristalografi, banyak jenis bahan alam yang bisa diidentifikasi struktur kimianya untuk kemudian diarahkan kepada manfaat yang diinginkan.

"Di Indonesia pusat kristalografi belum ada. Bahkan, di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) sekalipun. Padahal, alat dan metode ini sangat penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan kimia dan kimia aplikasi," kata peneliti yang mengisi waktu luangnya dengan kegiatan bersih-bersih di rumah itu. (yos/jpnn/kum)

[ Senin, 22 September 2008 ]
Gunawan Indrayanto; Do the Small Thing
Teliti Pasak Bumi, di Malaysia Jadi Tongkat Ali

Sejak 1983 hingga kini, sedikitnya sudah ada 87 karya ilmiah Gunawan Indrayanto yang dipublikasikan di berbagai jurnal internasional. Karena dinilai produktif, guru besar farmasi Unair itu dipercaya beberapa jurnal internasional sebagai penyeleksi karya ilmiah sebelum dipublikasikan.

-----------------------

Do the small thing (melakukan hal kecil). Itulah kalimat yang berkali-kali diucapkan Gunawan Indrayanto, guru besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair), ketika ditanya seputar keberhasilannya menjadi satu di antara enam ilmuwan Indonesia yang masuk dalam Wise Index of Leading Scientists and Engineer untuk kategori medical science.

Daftar tersebut dikeluarkan oleh COMSTECH (Standing Committee on Scientific and Technological Cooperation), lembaga yang bertujuan meningkatkan promosi serta kerja sama sains dan teknologi di antara negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Karena itu, ilmuwan yang masuk dalam daftar tersebut hanya berasal dari negara-negara anggota OKI.

Menurut Gunawan, prestasi yang diraihnya tersebut tidaklah istimewa. "Saya tidak tahu kalau dinilai mereka (COMSTECH). I just do the small thing," kata pria 59 tahun itu ketika ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Farmasi Unair.

Menurut Gunawan, daftar yang dikeluarkan COMSTECH bukanlah yang pertama. Dulu, sebuah lembaga di Inggris juga pernah membuat daftar serupa. Waktu itu, Gunawan juga masuk di dalamnya. Begitu pula lima ilmuwan lainnya. Namun, tidak ada tindak lanjut dari daftar tersebut. "Saya juga tahunya waktu iseng buka internet. Saya cukup tahu, oh nama saya ada disana. That's it," katanya.

Soal namanya masuk dalam daftar yang dikeluarkan COMSTECH, Gunawan menyatakan sudah tahu sejak Maret lalu. Ada banyak indikator penilaian yang diterapkan COMSTECH. Mulai dari banyaknya publiksi internasional sampai dengan citation index atau banyaknya karya ilmiah dari orang tersebut yang dikutip atau dirujuk oleh orang lain. "Cara ngeceknya gampang. Coba buka situs google scholar lalu ketik nama orang yang diinginkan. Nanti terlihat berapa banyak dia dirujuk," jelas bapak dua anak tersebut.

Hasil karya Gunawan yang masuk publikasi internasional terbilang cukup banyak. Hingga kini, sedikitnya sudah ada 87 karya ilmiahnya yang dipublikasikan di berbagai jurnal internasional yang diakui kredibilitasnya. Tahun 1983 Gunawan mulai memublikasikan karya ilmiahnya dalam jurnal internasional. Sejak itu, dalam setahun, dia mengeluarkan tiga hingga empat karya dengan publikasi internasional.

Saking seringnya nama Gunawan muncul, beberapa jurnal internasional menunjuknya sebagai reviewer atau penelaah. Jadi, setiap karya ilmiah yang masuk ke jurnal tersebut dikirim ke Gunawan untuk ditelaah kelayakannya. Mulai objek, metode, hingga proses penelitiannya. Bila tidak layak, karya ilmiah itu dikembalikan. Tapi, jika lolos, akan diterbitkan dalam jurnal tersebut.

Sedikitnya enam jurnal internasional yang memercayai Gunawan melakukan tugas berat tersebut. Karena itu, di atas meja kerjanya terdapat tumpukan karya ilmiah yang menunggu giliran untuk dikaji. "Ini salah satu karya ilmiah yang saya telaah. Karena penelitiannya pernah dilakukan orang lain, ya saya nyatakan tidak layak. Jadi, harus dikembalikan," jelasnya, sambil menunjukkan salah satu karya ilmiah di mejanya.

Pria yang selalu membawa dua kacamata -satu untuk baca dan satu untuk jalan- itu merasa ironis dengan adanya daftar yang dikeluarkan COMSTECH tersebut. Dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, hanya enam ilmuwan yang dianggap mampu berbicara di level internasional. Bandingkan dengan Malaysia yang penduduknya jauh lebih sedikit tapi bisa menyumbangkan 22 ilmuwan dalam daftar tersebut.

Ketika ditanya penyebab perbedaan tersebut, Gunawan angkat bahu. Apakah ilmuwan Indonesia tidak bagus? Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya. "Indikator bagus itu seperti apa. Harus dijelaskan lebih detail," tegasnya. Suami Arlina Sugiarti itu memang tergolong orang yang hati-hati. Dia tidak mau mengomentari sesuatu tanpa batas yang jelas.

Kendati demikian, Gunawan mengatakan, ada beberapa hal yang membuat ilmuwan Indonesia sulit berkembang. Antara lain, dana, penghargaan, dan kemauan. Ketiga faktor tersebut melibatkan pemerintah. Pria yang selalu tertarik meneliti bioteknologi tanaman, kimia bahan alam, serta analisis kimia/farmasi dengan kromatografi itu menganggap dana yang disediakan pemerintah sangat kurang.

Dia lalu menceritakan pengalamannya selama ini. Banyak penelitiannya yang harus terhenti karena kekurangan dana. "Di sini dana penelitian paling banter ratusan juta. Beda dengan teman-teman saya di luar negeri. Ilmuwan di Malaysia, misalnya, bisa berkonsentrasi meneliti tanpa bingung memikirkan dana," jelasnya. Dana pula yang sering membuat Gunawan meminta bantuan teman untuk meneruskan penelitiannya.

Tidak hanya itu, pembagian dana penelitian dari pemerintah juga dirasa kurang tepat sasaran. Diceritakan, dia pernah mengajukan proposal penelitian yang disusun secara serius. Bahkan, membutuhkan waktu lama karena dibuat sedetail mungkin. Ternyata, setelah diajukan, proposal ditolak. Kali lain, dia membuat proposal seadanya. Hanya dua hari. Saat diajukan, proposal tersebut langsung disetujui.

Menurut Gunawan, Indonesia mestinya bisa bicara lebih banyak di dunia internasional. Pasalnya, negara ini memiliki sumber daya alam yang beragam. "Mungkin pemerintah bisa lebih teliti mengalokasikan dana. Kalau ada perguruan tinggi, lihat strong point-nya dimana. Nah, itu yang harus didukung agar bisa berkembang. Ini agar setiap perguruan tinggi memiliki spesialisasi," terangnya.

Selain dana, hal lain yang menghambat adalah kurangnya penghargaan dari pemerintah. Contoh kasusnya adalah penelitian tentang pasak bumi untuk meningkatkan vitalitas pria. "Saya sudah meneliti tahun 1974. Mestinya, hasilnya bisa ditindaklanjuti. Tapi karena tidak ada respons dari pemerintah, ya berlalu begitu saja," katanya. Sekarang, hasil penelitian tersebut dikembangkan oleh Malaysia dan terkenal dengan nama ramuan tongkat ali. (any/kum)

***


Sumber :

Mailis DikBud@yahoogroups.com

Selasa, 23 September 2008

Read More..

Ilmu itu Menerangi, Tak Mungkin Menggelapi

Oleh : Hernowo


Tadi pagi, ketika sahur, saya menikmati lagi uraian Ustad
Quraish Shihab tentang makna-makna ayat Al-Quran yang terdapat di dalam
Surah An-Nisa’. Di ujung acara, pembawa acara,Mbak Astrie Ivo, bertanya kepada
Ustad Quraish, ”Apakah ilmu dapat menggelapi?”

Secara sangat tegas, Ustad Quraish memberikan jawaban
bahwa ilmu itu adalah sesuatu yang jelas dan benar. Ilmu tidak mungkin
menyesatkan si pemilik ilmu. Jika orang merasa mendapatkan ilmu dan ilmu
itu menggelapi dia, tentulah itu bukan ilmu. Dalam Islam, ilmu itu bagaikan
cahaya.

Setelah saya mendengar apa yang dikatakan oleh Ustad
Quraish, saya teringat tentang sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam
Syafi’i. Riwayat ini terkait dengan obrolan menarik antara Imam Syafi’i dengan
gurunya, Imam Waki’ bin Jarrah. Obrolan tersebut, kurang lebih, demikian:

Imam Syafi’i berkata, “Aku mengadukan perihal keburukan
hafalanku kepada guruku, yang bernama Imam Waki’ bin Jarrah. Guruku lalu
berwasiat agar aku menjauhi maksiat dan dosa. Guruku juga berkata,
‘Muridku, ketahuilah bahwa ilmu itu adalah cahaya (nur). Dan cahaya Allah (nurullah)
tidak akan diberikan kepada orang-orang yang suka berbuat maksiat’.”

Ada kemungkinan mengapa Ustad Quraish mengatakan bahwa ilmu
itu menerangi karena pencarian ilmu tidak boleh dicampur dengan perbuatan
maksiat dan dosa. Dalam kenyataannya, ada beberapa orang yang sepertinya
memiliki ilmu tetapi ilmunya kadang-kadang membuatnya menjalankan tindakan
yang tidak benar. Mungkinkah si pemilik ilmu yang berbuat sesat itu, ketika mencari ilmu, mencampurnya dengan maksiat? Wallahu a’lam.

***

Sumber :

Mailis DikBud@yahoogroups.com

Selasa, 23 September 2008


Read More..

Minggu, 14 September 2008

Gunung Misterius Muncul di Laut Kepulauan Maluku

sumber :
mailis cikeas@yahoogroups.com
Sabtu, 24 Agustus 2008

Ketakutan melanda warga Desa Abat, Kecamatan Wuarlabobar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), sejak seminggu
belakangan ini. Betapa tidak, secara tiba-tiba sebuah gunung misterius muncul di depan perairan desa itu. Gunung dengan tinggi sekitar empat meter dari
permukaan laut itu berbentuk pulau. Warga Desa Abat maupun warga di Kecamatan Wuarla - bobar dibuat ketakutan.

Gunung itu muncul dengan ketinggian empat meter dari permukaan laut, ujar Camat Wuarlabobar, Buce Kelwulan, kepada
wartawan di Kantor Bupati MTB. Hal ini juga dibenarkan Bupati MTB, Bitto S Temmar, seperti dilansir detikcom, Jumat (15/08). Kita belum dapat memastikan apakah
itu gunung atau pulau. Yang pasti muncul dari kedalaman 80 meter dari dasar laut disertai semburan lumpur. Sebelumnya, informasi ini diketahui setelah warga
Kecamatan Wuarlabobar, menelpon melalui radio telekomunikasi milik Pemda MTB, kata Bitto
Temmar.

Sementara itu, salah satu warga MTB, Evert Makupiola, mengungkapkan, saat kemun-culan gunung itu, sebagian warga
di Kecamatan Wuarla-bobar, memilih mengungsi di kampung-kampung tetangga yang jauh dari gunung tersebut. Ada ketakutan warga akan muncul bencana luar
biasa, ujar Evert.

Kendati demikian, menurut Evert munculnya gunung misterius itu diprediksi akibat gempa bumi tektonik berkekuatan 6,9 SR pada,
Kamis 7 Agustus lalu. Gempa saat itu terjadi di Perairan Namtabung. Gempa juga dirasakan di sekitar Pulau Damer, Babar dan Kisar, ungkap Evert,
yang juga wartawan salah satu media cetak lokal di MTB. Untuk mengantisipasi hal itu, Bitto Temmar menurunkan tim ahli untuk memastikan apakah yang muncul
itu pulau atau gunung api. Jika gunung api, apakah masih aktif atau tidak, ujar bupati.(dtc)

Read More..

BENARKAH SUNDALAND ITU ATLANTIS YANG HILANG ?

sumber :
mailis Baraya_Sunda@yahoogroups.com
Jum'at, 12 September 2008

(Pandangan dari Sisi Geologi dan Peluang dari Spekulasi Ilmiah) 
Oleh : Oki Oktariadi  
email : oki@plg.esdm. go.id
 
"Peradaban Atlantis yang hilang" hingga kini barangkali hanyalah 
sebuah mitos mengingat belum ditemukannya bukti-bukti yang kuat 
tentang keberadaannya.  Mitos itu  pertama kali dicetuskan oleh 
seorang akhli filsafat terkenal dari Yunani, Plato (427 - 347 SM), 
dalam bukunya "Critias dan Timaeus". Disebutkan oleh Plato  bahwa 
terdapat awal peradaban yang disebut Benua Atlantis; para penduduknya 
dianggap sebagai dewa, makhluk luar angkasa, atau bangsa superior; 
benua itu kemudian hilang,  tenggelam secara perlahan-lahan karena 
serangkaian bencana, termasuk gempa bumi. 
 
Selama lebih dari 2000 tahun, Atlantis yang hilang telah menjadi 
dongeng.  Tetapi sejak abad pertengahan, kisah Atlantis menjadi 
populer di dunia Barat. Banyak ilmuwan Barat secara diam-diam meyakini 
kemungkinan keberadaannya.  Diantara para ilmuwan itu banyak  yang 
menganggap bahwa Atlantis terletak di Samudra Atlantis, bahkan ada 
yang menganggap Atlantis terletak di Benua Amerika sampai Timur 
Tengah. Penelitian pun dilakukan di wilayah-wilayah tersebut. Akan 
tetapi,  kebanyakan peneliti itu  tidak memberikan bukti atau telaah 
yang cukup. Sebagian besar dari mereka hanya mengira-ngira. . 
 
Hanya beberapa tempat di bumi yang keadaannyua memiliki persayaratan 
untuk dapat diduga sebagai Atlantis sebagaimana dilukiskan oleh Plato 
lebih dari 20 abad yang lalu. Akan tetapi Samudera Atlantik tidak 
termasuk wilayah yang memenuhi persyaratan itu. Para peneliti masa 
kini malahan menunjuk Sundaland (Indonesia bagian barat hingga ke 
semenanjung Malaysia dan Thailand) sebagai Benua Atlantis yang hilang 
dan merupakan awal peradaban manusia 
. 
Fenomen Atlantis dan awal peradaban selalu merupakan impian para 
peneliti di dunia untuk membuktikan dan menjadikannya penemuan ilmiah 
sepanjang masa. Apakah pandangan geologi memberi petunjuk yang kuat 
terhadap kemungkinan ditemukannya Atlantis yang hilang itu? Apabila 
jawabannya negatif, apakah peluang yang dapat ditangkap dari 
perdebatan ada tidaknya Atlantis dan kemungkinan lokasinya di wilayah 
Indonesia?. 
 
PENDAHULUAN 
 
"Mitos" atau cerita tentang benua Atlantis yang hilang pertama kali 
dicetuskan oleh seorang filosof terkenal dari Yunani  bernama Plato 
(427 - 347 SM) dalam bukunya berujudl Critias and Timaeus. Penduduknya 
dianggap dewa, makhluk luar angkasa atau bangsa superior. Plato 
berpendapat bahwa peradaban dari para peghuni benua Atlantis yang 
hilang itulah sebagai sumber peradaban manusia saat ini.. 
 
Hampir semua tulisan tentang sejarah peradaban menempatkan Asia 
Tenggara sebagai kawasan 'pinggiran'. Kawasan yang kebudayaannya dapat 
subur berkembang hanya karena imbas migrasi manusia atau riak-riak 
difusi budaya dari pusat-pusat peradaban lain, baik yang berpusat di 
Mesir, Cina, maupun India. Pemahaman tersebut mengacu pada teori yang 
dianut saat ini yang  mengemukakan bahwa pada Jaman Es paling akhir 
yang dialami bumi terjadi sekitar 10.000 sampai 8.000 tahun yang lalu 
mempengaruhi migrasi spesies manusia. 
 
Jaman Es terakhir ini dikenal dengan nama periode Younger Dryas. Pada 
saat ini, manusia telah menyebar ke berbagai penjuru bumi berkat 
ditemukannya cara membuat api 12.000 tahun yang lalu. Dalam kurun 
empat ribu tahun itu, manusia telah bergerak dari kampung halamannya 
di padang rumput Afrika Timur ke utara, menyusuri padang rumput purba 
yang kini dikenal sebagai Afrasia. 
Padang rumput purba ini membentang dari pegunungan Kenya di selatan, 
menyusuri Arabia, dan berakhir di pegunungan Ural di utara. Jaman Es 
tidak mempengaruhi mereka karena kebekuan itu hanya terjadi di bagian 
paling utara bumi sehingga iklim di daerah tropik-subtropik justru 
menjadi sangat nyaman. Adanya api membuat banyak masyarakat manusia 
betah berada di padang rumput Afrasia ini. 
 
Maka, ketika para ilmuwan barat berspekulasi tentang keberadaan benua 
Atlantis yang hilang, mereka mengasumsikan bahwa lokasinya terdapat di 
belahan bumi Barat, di sekitar laut Atlantik, atau paling jauh di 
sekitar Timur Tengah sekarang. Penelitian untuk menemukan sisa 
Atlantis pun banyak dilakukan di kawasan-kawasan tersebut. Namun di 
akhir dasawarsa 1990, kontroversi tentang letak Atlantis yang hilang 
muluai muncul berkaitan dengan pendapat dua orang peneliti, yaitu: 
Oppeheimer (1999) dan Santos (2005). 
 
KONTROVERSI DAN REKONTRUKSI OPPENHEIMER 
 
Kontroversi tentang sumber peradaban dunia muncul sejak diterbitkannya 
buku Eden The East (1999) oleh  Oppenheimer, Dokter ahli genetik yang 
banyak mempelajari sejarah peradaban. Ia berpendapat bahwa Paparan 
Sunda (Sundaland) adalah merupakan  cikal bakal peradaban kuno atau 
dalam bahasa agama sebagai Taman Eden. Istilah ini diserap dari kata 
dalam bahasa Ibrani Gan Eden. Dalam bahasa Indonesia disebut Firdaus 
yang diserap dari kata Persia "Pairidaeza" yang arti sebenarnya adalah 
Taman. 
Menurut Oppenheimer,  munculnya peradaban di Mesopotamia, Lembah 
Sungai Indus, dan Cina justru dipicu oleh kedatangan para migran dari 
Asia Tenggara. Landasan argumennya adalah etnografi, arkeologi, 
osenografi, mitologi, analisa DNA, dan linguistik. Ia mengemukakan 
bahwa di wilayah Sundaland sudah ada peradaban yang menjadi leluhur 
peradaban Timur Tengah 6.000 tahun silam. Suatu ketika datang banjir 
besar yang menyebabkan penduduk Sundaland berimigrasi ke barat yaitu 
ke Asia, Jepang, serta Pasifik. Mereka adalah leluhur Austronesia. 
 
Gambar 1. Buku Eden The East 
(Oppenheimer, 1999) 
 
Rekonstruksi Oppenheimer diawali dari saat berakhirnya puncak Jaman Es 
(Last Glacial Maximum) sekitar 20.000 tahun yang lalu. Ketika itu, 
muka air laut masih sekitar 150 m di bawah muka air laut sekarang. 
Kepulauan Indonesia bagian barat masih bergabung dengan benua Asia 
menjadi dataran luas yang dikenal sebagai Sundaland. Namun, ketika 
bumi memanas, timbunan es yang ada di kutub meleleh dan mengakibatkan 
banjir besar yang melanda dataran rendah di berbagai penjuru dunia. 
 
Data geologi dan oseanografi mencatat setidaknya ada tiga banjir besar 
yang terjadi yaitu pada sekitar 14.000, 11.000, dan 8,000 tahun yang 
lalu. Banjir besar yang terakhir bahkan menaikkan muka air laut hingga 
5-10 meter lebih tinggi dari yang sekarang. Wilayah yang paling parah 
dilanda banjir adalah Paparan Sunda dan pantai Cina Selatan. Sundaland 
 malah menjadi pulau-pulau yang terpisah, antara lain Kalimantan, 
Jawa, Bali, dan Sumatera. Padahal, waktu itu kawasan ini sudah cukup 
padat dihuni manusia prasejarah yang berpenghidupan sebagai petani dan 
nelayan. 
 
Bagi Oppenheimer, kisah 'Banjir Nuh' atau 'Benua Atlantis yang hilang' 
tidak lain adalah rekaman budaya yang mengabadikan fenomena alam 
dahsyat ini. Di kawasan Asia Tenggara, kisah atau legenda seperti ini 
juga masih tersebar luas di antara masyarakat tradisional, namun belum 
ada yang meneliti keterkaitan legenda dengan  fenomena Taman Eden. 
 
BENUA ATLANTIS MENURUT ARYSO SANTOS 
 
Kontroversi dari Oppenheimer seolah dikuatkan oleh pendapat Aryso 
Santos. Profesor asal Brasil ini menegaskan bahwa Atlantis yang hilang 
sebagaimana cerita Plato itu adalah wilayah yang sekarang disebut 
Indonesia. Pendapat itu muncul setelah ia melakukan penelitian selama 
30 tahun yang menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally 
Found, The Definitifve Localization of Plato's Lost Civilization 
(2005). Santos dalam bukunya tersebut menampilkan 33 perbandingan, 
seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara 
bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah 
Sundaland (Indonesia bagian Barat).. 
 
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua yang 
membentang dari bagian selatan India, Sri Langka, dan Indonesia bagian 
Barat meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa dan terus ke arah timur. 
Wilayah Indonesia bagian barat sekarang sebagai pusatnya. Di wilayah 
itu terdapat puluhan gunung berapi aktif dan dikelilingi oleh samudera 
yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan 
Samudera Pasifik. 
 
Argumen Santos tersebut didukung banyak arkeolog Amerika Serikat 
bahkan mereka meyakini bahwa benua Atlantis adalah sebuah pulau besar 
bernama Sundaland, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan 
Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang 
banjir besar seiring berakhirnya zaman es. 
 
Gambar 2. Wilayah Sundaland (Indonesia bagian Barat dalam buku Santos
 (2005) 
 
Menurut Plato, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan 
gunung berapi yang secara bersamaan meletus dan mencairnya Lapisan Es 
yang pada masa itu sebagian besar benua masih diliputi oleh 
Lapisan-lapisan Es. Maka tenggelamlah sebagian benua tersebut. 
 
Santos berpendapat bahwa meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi 
secara bersamaan tergambarkan pada wilayah Indonesia (dulu). Letusan 
gunung api yang dimaksud di antaranya letusan gunung Meru di India 
Selatan, letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba, 
dan letusan gunung Semeru/Mahameru di Jawa Timur. Letusan yang paling 
dahsyat di kemudian hari adalah letusan Gunung Tambora di Sumbawa yang 
memecah bagian-bagian pulau di Nusa Tenggara dan Gunung Krakatau 
(Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa membentuk Selat Sunda 
(Catatan : tulisan Santos ini perlu diklarifikasi dan untuk sementara 
dikutip di sini sebagai apa yang diketahui Santos). 
 
Berbeda dengan Plato, Santos tidak setuju mengenai lokasi Atlantis 
yang dianggap terletak di lautan Atlantik. Ilmuwan Brazil itu 
berargumentasi, bahwa letusan berbagai gunung berapi menyebabkan 
lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya 
bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut 
membebani samudera dan dasarnya sehingga mengakibatkan tekanan luar 
biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. 
Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh 
gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan 
gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events. 
Catatan : pernyataan Santos ini disajikan seperti apa adanya dan tidak 
merupakan pendapat penulis. 
 
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos 
sependapat yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah 
Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik 
Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di 
Indonesia, diantaranya ialah: Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, 
Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. 
Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali. 
 
Dalam usaha mengemukakan pendapat, tampak Plato telah melakukan dua 
kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. 
Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera 
Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian oleh para akhli 
Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan 
bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah 
semena-mena ada peribahasa yang berkata, "Amicus Plato, sed magis 
amica veritas." Artinya,"Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih 
senang kepada kebenaran." 
 
Atlantis memang misterius, dan karenanya menjadi salah satu tujuan 
utama arkeologi di dunia. Jika Atlantis ditemukan, maka penemuan 
tersebut bisa jadi akan menjadi salah satu penemuan terbesar sepanjang 
masa. 
 
PANDANGAN GEOLOGI 
 
Pendekatan ilmu geologi untuk mengungkap fenomena hilangnya Benua 
Atlantis dan awal peradaban kuno, dapat ditinjau dari dua sudut 
pandang yaitu pendekatan tektonik lempeng dan kejadian zaman es. 
 
Wilayah Indonesia dihasilkan oleh evolusi dan pemusatan lempeng 
kontinental Eurasia, lempeng lautan Pasifik, dan lempeng Australia 
Lautan Hindia (Hamilton, 1979). umumnya disepakati bahwa pengaturan 
fisiografi kepulauan Indonesia dikuasai oleh daerah paparan kontinen, 
letak daerah Sundaland di barat, daerah paparan Sahul atau Arafura di 
timur. Intervensi area meliputi suatu daerah kompleks secara geologi 
dari busur kepulauan, dan cekungan laut dalam (van Bemmelen, 1949). 
 
Kedua area paparan memberikan beberapa persamaan dari inti-inti 
kontinen yang stabil ke separuh barat dan timur kepulauan. Area 
paparan Sunda menunjukkan perkembangan bagian tenggara di bawah 
permukaan air dari lempeng kontinen Eurasia dan terdiri dari 
Semenanjung Malaya, hampir seluruh Sumatra, Jawa dan Kalimantan, Laut 
Jawa dan bagian selatan Laut China Selatan. 
Tatanan tektonik Indonesia bagian Barat merupakan bagian dari sistim 
kepulauan vulkanik akibat interaksi penyusupan Lempeng Hindia- 
Australia di Selatan Indonesia. Interaksi lempeng yang berupa jalur 
tumbukan (subduction zone) tersebut memanjang mulai dari kepulauan 
Tanimbar sebelah barat Sumatera, Jawa sampai ke kepulauan Nusa 
Tenggara di sebelah Timur. Hasilnya adalah terbentuknya busur 
gunungapi (magmatic arc). 
 
Gambar 3. Rekontruksi Tektonik Lempeng di Wilayah Asia Tenggara (Hall, 
2002). Garis merah adalah batas wilayah yang dikenal sebagai Sundaland 
 
Rekontruksi tektonik lempeng tersebut akhirnya dapat menerangkan 
pelbagai gejala geologi dan memahami pendapat Santos, yang menyakini 
Wilayah Indonesia memiliki korelasi dengan anggapan Plato yang 
menyatakan bahwa tembok Atlantis terbungkus emas, perak, perunggu, 
timah dan tembaga, seperti terdapatnya mineral berharga tersebut pada 
jalur magmatik di Indonesia. Hingga saat ini, hanya beberapa tempat di 
dunia yang merupakan produsen timah utama. Salah satunya disebut 
Kepulauan Timah dan Logam, bernama Tashish, Tartessos dan nama lain 
yang menurut Santos (2005) tidak lain adalah Indonesia. Jika Plato 
benar, maka Atlantis sesungguhnya adalah Indonesia. 
 
Selain menunjukan kekayaan sumberdaya mineral, fenomena tektonik 
lempeng tersebut menyebabkan munculnya titik-titik pusat gempa, 
barisan gunung api aktif (bagian dari Ring of Fire dunia),  dan 
banyaknya komplek patahan (sesar) besar, tersebar di Sumatera, Jawa, 
Nusa Tenggara dan Indonesia bagian timur. Pemunculan gunungapi aktif, 
titik-titik gempa bumi dan kompleks patahan yang begitu besar, seperti 
sesar Semangko (Great Semangko Fault membujur dari Aceh sampai teluk 
Semangko di Lampung) memperlihatkan tingkat kerawanan yang begitu 
besar. Menurut Kertapati (2006), karakteristik gempabumi di daerah 
Busur Sunda pada umumnya diikuti tsunami. 
 
Para peneliti masa kini  terutama  Santos (2005) dan sebagian peneliti 
Amerika Serikat memiliki kenyakinan bahwa gejala kerawanan bencana 
geologi wilayah Indonesia adalah sesuai dengan anggapan Plato yang 
menyatakan bahwa Benua Atlantis telah hilang akibat letusan gunung 
berapi yang bersamaan. 
 
Pendekatan lain akan keberadaan Benua Atlantis dan awal peradaban 
manusia (hancurnya Taman Eden) adalah kejadian Zaman Es. Pada zaman Es 
suhu atau iklim bumi turun dahsyat dan menyebabkan peningkatan 
pembentukan es di kutub dan gletser gunung. Secara geologis, Zaman Es 
sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan Es di belahan bumi 
utara dan selatan; dengan definisi ini kita masih dalam Zaman Es. 
Secara awam untuk waktu 4 juta tahun ke belakang, definisi Zaman Es 
digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan 
Es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa. 
 
Penyebab terjadinya Zaman Es antara lain adalah terjadinya proses 
pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Dampak ikutan 
dari peristiwa Zaman Es adalah penurunan muka laut.. Letusan gunung api
 
dapat menerangkan berakhirnya Zaman Es pada skala kecil dan  teori 
kepunahan Dinosaurus dapat menerangkan akhir Zaman Es pada skala 
besar. 
 
Gambar 4. Penyebaran es di belahan bumi utara pada masa Pleistosen
 (USGS, 2005) 
 
Dari sudut pandang di atas, Zaman Es terakhir dimulai sekitar 20.000 
tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada 
awal kala Holocene (akhir Pleistocene) . Proses pelelehan Es di zaman 
ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini 
berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu. 
 
Pada Zaman Es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, 
karena banyak air yang tersedot karena membeku di daerah kutub. Kala 
itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat 
tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara itu pulau Papua juga 
tergabung dengan benua Australia. 
 
Ketika terjadi peristiwa pelelehan Es tersebut maka terjadi 
penenggelaman daratan yang luas. Oleh karena itu gelombang migrasi 
manusia dari/ke Nusantara mulai terjadi. Walaupun belum ditemukan 
situs pemukiman purba, sejumlah titik diperkirakan sempat menjadi 
tempat tinggal manusia purba Indonesia sebelum mulai menyeberang selat 
sempit menuju lokasi berikutnya (Hantoro, 2001). 
 
Tempat-tempat itu dapat dianggap sebagai awal pemukiman pantai di 
Indonesia. Seiring naiknya paras muka laut, yang mencapai puncaknya 
pada zaman Holosen  6.000 tahun dengan kondisi muka laut   3 m
 lebih 
tinggi dari muka laut sekarang, lokasi-lokasi tersebut juga bergeser 
ke tempat yang lebih tinggi masuk ke hulu sungai. 
 
Berkembangnya budaya manusia, pola berpindah, berburu dan meramu 
(hasil) hutan lambat laun berubah menjadi penetap, beternak dan 
berladang serta menyimpan dan bertukar hasil dengan kelompok lain. 
Kemampuan berlayar dan menguasai navigasi samudera yang sudah lebih 
baik, memungkinkan beberapa suku bangsa Indonesia mampu menyeberangi 
Samudra Hindia ke Afrika dengan memanfaatkan pengetahuan cuaca dan 
astronomi. Dengan kondisi tersebut tidak berlebihan Oppenheimer 
beranggapan bahwa 
Taman Eden berada di wilayah Sundaland. 
 
Taman Eden hancur akibat air bah yang memporak porandakan dan mengubur 
sebagian besar hutan-hutan maupun taman-taman sebelumnya. Bahkan 
sebagian besar dari permukaan bumi ini telah tenggelam dan berada 
dibawah permukaan laut, Jadi pendapat Oppenheimer memiliki kemiripan 
dengan akhir Zaman Es yang menenggelamkan sebagian daratan Sundaland. 
 
MENANGKAP PELUANG 
 
Pendapat Oppenheimer (1999) dan Santos (2005) bagi sebagian para 
peneliti adalah kontroversial dan mengada-ada, tentu hal yang wajar 
dalam pengembangan ilmu untuk mendapatkan kebenaran. Beberapa tahun ke 
belakang pendapat yang paling banyak diterima adalah seperti yang 
dikemukakan oleh Kircher (1669) bahwa Atlantis itu berada di 
tengah-tengah Samudera Atlantik sendiri, dan tempat yang paling 
meyakinkan adalah Pulau Thera di Laut Aegea, sebelah timur Laut 
Tengah. 
 
Pulau Thera yang dikenal pula sebagai Santorini adalah pulau gunung 
api yang terletak di sebelah utara Pulau Kreta. Sekira 1.500 SM, 
sebuah letusan gunung api yang dahsyat mengubur dan menenggelamkan 
kebudayaan Minoan. Hasil galian arkeologis menunjukkan bahwa 
kebudayaan Minoan merupakan kebudayaan yang sangat maju di Eropa pada 
zaman itu, namun demikian sampai saat ini belum ada kesepakatan dimana 
lokasi Atlantis yang sebenarnya. Setiap teori memiliki pendukung 
masing-masing yang biasanya sangat fanatik dan bahkan bisa saja 
Atlantis hanya ada dalam pemikiran Plato. 
 
Perlu diketahui pula bahwa kandidat lokasi Atlantis bukan hanya 
Indonesia, banyak kandidat lainnya antara lain : Andalusia, Pulau 
Kreta, Santorini, Tanjung Spartel, Siprus, Malta, Ponza, Sardinia, 
Troy, Tantali, Antartika, Kepulauan Azores, Karibia, Bolivia, Meksiko, 
Laut Hitam, Kepulauan Britania, India, Srilanka, Irlandia, Kuba, 
Finlandia, Laut Utara, Laut Azov, Estremadura dan hasil penelitian 
terbaru oleh Kimura's (2007) yaitu menemukan  beberapa monument batu 
dibawah perairan Yonaguni, Jepang yang diduga  sisa-sisa dari 
peradaban Atlantis atau Lemuria. 
 
Gambar 5. Monument Batu yang berhasil ditemukan dibawah perairan 
Yonaguni, Jepang, (Spiegel Distribution TV, 2000) 
 
PELUANG PENGEMBANGAN ILMU 
 
Adalah fakta bahwa saat ini berkembang  pendapat yang menjadikan 
Indonesia sebagai wilayah yang dianggap ahli waris Atlantis yang 
hilang. Untuk itu kita harus bersyukur dan membuat kita tidak rendah 
diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya 
adalah merupakan pusat peradaban dunia yang misterius. Bagi para 
arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis  merupakan obyek menarik 
terutama soal teka-teki dimana sebetulnya lokasi benua tersebut dan 
karenanya menjadi salah satu tujuan utama arkeologi dunia. Jika 
Atlantis ditemukan, maka penemuan tersebut bisa jadi akan menjadi 
salah satu penemuan terbesar sepanjang masa. 
 
Perkembangan fenomena ini menyebabkan Indonesia menjadi lebih dikenal 
di dunia internasional khususnya diantara para peneliti di berbagai 
bidang yang terkait. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia perlu 
menangkap peluang ini dalam rangka meningkatkan pengembangan ilmu 
pengetahuan dan teknologi. Peluang ini penting dan jangan sampai 
diambil oleh pihak lain. 
 
Kondisi ini mengingatkan pada  Sarmast (2003), seorang arsitek Amerika 
keturunan Persia yang mengklaim telah menemukan Atlantis dan 
menyebutkan bahwa Atlantis dan Taman Firdaus adalah sama. Sarmast 
menunjukkan bahwa Laut Mediteranian adalah lokasi Atlantis, tepatnya 
sebelah tenggara Cyprus dan terkubur sedalam 1500 meter di dalam air. 
'Penemuan' Sarmast, menjadikan kunjungan wisatawan ke Cyprus melonjak 
tajam. Para penyandang hibah dana penelitian Sarmast, seperti editor, 
produser film, agen media dll mendapat keuntungan besar. Mereka seolah 
berkeyakinan bahwa jika Sarmast benar, maka mereka akan terkenal; dan 
jika tidak, mereka telah mengantungi uang yang sangat besar dari para 
sponsor. 
 
Santos (2005) dan  seorang arkeolog Cyprus sendiri yaitu Flurentzos 
dalam artikel berjudul : "Statement on the alleged discovery of 
atlantis off Cyprus" (Santos, 2003) memang menolak penemuan Sarmast. 
Mereka sependapat dengan Plato dan menyatakan secara tegas bahwa 
Atlantis berada di luar Laut Mediterania. Pernyataan ini didukung oleh 
Morisseau (2003) seorang ahli geologis Perancis yang tinggal di pulau 
Cyprus. Ia menyatakan tidak berhubungan sama sekali dengan fakta 
geologis. Bahkan Morisseau menantang Sarmant untuk melakukan debat 
terbuka. Namun demikian, usaha Sarmat  untuk membuktikan bahwa 
Atlantis yang hilang itu terletak di Cyprus telah menjadikan kawasan 
Cyprus dan sekitarnya pada sauatu waktu tertentu dibanjiri oleh 
wisatawan ilmiah dan mampu mendatangkan kapital cukup berasal dari 
para sponsor dan wisatawan ilmiah tersebut. 
 
Gambar 6. Peta Atlantis menurut  Kircher (1669). Pada peta tersebut, 
Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik. 
 
Demikian juga dengan letak Taman Eden, sudah banyak yang melakukan 
penelitian mulai dari agamawan sampai para ahli sejarah maupun ahli 
geologi jaman sekarang. Ada yang menduga letak Taman Eden berada di 
Mesir, di Mongolia, di Turki, di India, di Irak dsb-nya, tetapi tidak 
ada yang bisa memastikannya. 
 
Penelitian yang cukup konprehensif berkenaan dengan Taman Eden 
diantaranya dilakukan oleh Zarins (1983) dari Southwest Missouri State 
University di Springfield.  Ia telah mengadakan penelitian lebih dari 
10 tahun untuk mengungkapkan rahasia dimana letaknya Taman Eden. Ia 
menyelidiki foto-foto dari satelit dan berdasarkan hasil penelitiannya 
ternyata Taman Eden itu telah tenggelam dan sekarang berada di bawah 
permukaan laut di teluk Persia. 
 
Gambar 7.  Taman Eden menurut Zarins (1983) 
 
Hingga saat ini, letak dari Atlantis dan Taman Eden masih menjadi 
sebuah kontroversi, namun berdasarkan bukti arkeologis dan beberapa 
teori yang dikemukakan oleh para peneliti, menunjukkan kemungkinan 
peradaban tersebut berlokasi di Samudera Pasifik (disekitar Indonesia 
sekarang). Ini menjadi tantangan para peneliti Indonesia untuk 
menggali lebih jauh, walaupun banyak juga yang skeptis, beranggapan 
bahwa Atlantis dan Taman Eden tidak pernah ada di muka bumi ini. 
 
PENUTUP 
 
Peluang pengembangan ilmu sebenarnya telah direalisasikan oleh LIPI 
melalui gelaran 'International Symposium on The Dispersal of 
Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia 
Archipelago, 28-30 Juni 2005 yang lalu. Salah satu tema dalam gelaran 
tersebut menyangkut  banyak temuan penting soal penyebaran dan asal 
usul manusia dalam dua dekade terakhir.  Salah satu temuan penting 
dari hasil penelitian yang dipresentasikan dalam simposium tersebut 
adalah hipotesa adanya sebuah pulau yang sangat besar terletak di Laut 
Cina Selatan yang kemudian tenggelam setelah Zaman Es.. 
 
Menurut Jenny (2005), hipotesa itu berdasarkan pada kajian ilmiah 
seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologi molekuler. 
Salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis jika memang 
benar, adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, 
penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa 
Austronesia tertua. Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat 
kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang 
disebut-sebut dalam mitos Plato. 
 
Ketika Zaman Es berakhir, yang ditandai tenggelamnya 'benua Atlantis', 
bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru. Mereka lalu 
menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang 
disinggahinya. Dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun 
lampau kebudayaan ini telah menyebar. Kini rumpun Austronesia 
menempati separuh muka bumi. 
 
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa asal usul 
Taman Eden (manusia modern) dan hilangnya benua Atlantis sangat 
berkaitan dengan kondisi geologi khususnya aktivitas tektonik lempeng 
dan peristiwa Zaman Es. Perubahan iklim yang drastik di dunia, 
menyebabkan  berubahnya muka laut, kehidupan binatang dan 
tumbuh-tumbuhan. 
 
Zaman Es memberi ruang yang besar kepada perkembangan peradaban 
manusia yang amat besar di Sundaland. Pada saat itu suhu bumi amat 
dingin, kebanyakan air  dalam keadaan membeku dan membentuk glasier. 
Oleh karena itu kebanyakan kawasan bumi tidak sesuai untuk didiami 
kecuali di kawasan khatulistiwa yang lebih panas. 
 
Diantara kawasan ini adalah wilayah Sundaland dan Paparan Sahul serta 
kawasan di sekitarnya yang memiliki banyak gunung api aktif yang 
memberikan kesuburan tanah. Dengan demikian keduanya memiliki tingkat 
kenyamanan tinggi untuk berkembangnya  peradaban manusia. 
 
Adapun wilayah lainnya tidak cukup memiliki kenyamanan berkembangnya 
peradaban, karena semua air dalam keadaan membeku yang membentuk 
aapisan es yang tebal.  Akibatnya, muka laut turun hingga 200 kaki 
dari muka laut sekarang. 
 
Wilayah Sundaland yang memiliki iklim tropika dan memiliki kondisi 
tanah subur, menunjukkan tingkat keleluasaan untuk didiami. 
Kemungkinan pusat peradaban adalah berada antara Semenanjung Malaysia 
dan Kalimantan, tepatnya sekitar Kepulauan Natuna (sekitar laut China 
Selatan) atau pada Zaman Es tersebut merupakan muara Sungai yang 
sangat besar yang mengalir di Selat Malaka menuju laut China Selatan 
sekarang. Anak-anak sungai dari sungai raksasa tersebut adalah 
sungai-sungai besar yang berada di Pulau Sumatera, dan Pulau 
Kalimantan bagian Barat dan Utara. 
 
Gambar 8. Pola aliran sungai purba di daratan paparan tepian kontinen 
Sunda (Hantoro, 2007). 
 
Kemungkinan kedua adalah Muara Sungai Sunda yang mengalir di Laut Jawa 
menuju Samudera Hindia melalui Selat Lombok. Hulu dan anak-anak sungai 
terutama berasal dari Sumatera bagian Selatan, seluruh Pulau Jawa, dan 
Pulau kalimantan bagian Selatan. 
Oleh karena itu klaim bahwa awal peradaban manusia berada di wilayah 
Mediterian patut dipertanyakan. Sebab pada masa itu kondisi iklim 
sangat dingin dan beku, lapisan salju di wilayah Eropa dapat 
menjangkau hingga 1 km tebalnya dari permukaan bumi. Keadaan di Eropa 
dan Mesir pada masa itu adalah sama seperti apa yang ada di kawasan 
Artik dan Antartika sekarang ini. 
 
Kawasan Sundaland pada saat itu walaupun memiliki suhu paling dingin 
sekalipun, tetap dapat didiami dan menjadi kawasan bercocok tanam 
kerena terletak di sekitar garisan khatulistiwa. Lebih menarik lagi, 
dengan muka laut yang lebih rendah, pada masa itu Sundaland adalah 
satu daratan benua yang menyatu dengan Asia dan terbentang membentuk 
kawasan yang amat luas dan datar. Apabila bumi menjadi semakin panas 
dan sebagian daratan Sundaland tenggelam daerah ini tetap dapat 
didiami dan tetap subur. 
 
Di sisi lain kenyamanan iklim dan potensi sumberdaya alam yang 
dimiliki wilayah Sundaland, juga dibayangi oleh kerawanan bencana 
geologi yang begitu besar akibat pergerakan lempeng benua seperti yang 
dirasakan saat ini. Kejadian gempabumi, letusan gunung api, tanah 
longsor dan tsunami yang terjadi di masa kini juga terjadi di masa 
lampau dengan intensitas yang lebih tinggi seperti letusan Gunung 
Toba, Gunung Sunda dan gunung api lainnya yang belum terungkap dalam 
penelitian geologi. 
Instansi yang terkait diharapkan dapat berperan menangkap peluang 
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mengungkap fenomena 
Sundaland sebagai Benua Atlantis yang hilang maupun sebagai Taman 
Eden. Paling tidak peranan instansi tersebut dapat memperoleh 
temuan-temuan awal (hipothesis) yang mampu mengundang minat penelitian 
dunia untuk melakukan riset yang komprehensif dan berkesinambungan. . 
 
Keberhasilan langkah upaya mengungkap suatu fenomena alam akan membuka 
peluang pengembangan berbagai sektor diantaranya adalah sektor 
pariwisata. Kemampuan manajemen kepariwisataan yang baik, suatu 
kegiatan penelitian berskala internasional artinya hipotesis 
penelitian yang dibangun dapat mempengaruhi wilayah dunia lainnya, 
akan berpotensi  menjadi kegiatan wisata ilmiah yang dapat 
menghasilkan devisa negara andalan dan basis ekonomi masyarakat 
seperti yang telah dinikmati oleh Mesir, Yunani, Cyprus dll. 
 
Ucapan Terima Kasih—Terima kasih penulis sampaikan kepada: 
1)      Prof. Dr. Ir. Adjat Sudradjat, M.Sc atas saran dan koreksinya. 
2)      Ir. Oman Abdurahman atas review dan editing keseluruhan isi
 tulisan. 
 
Penulis adalah peserta Program Doktor Pengembangan Kewilayahan di 
Universitas Padjadjaran Bandung 


Read More..

Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Dresses. Powered by Blogger