Selasa, 29 Juli 2008

Sebuah Panggilan (diri Anda) untuk Memimpin *)

by gunawan trihantoro **)


(Mungkin) kita seringkali mendengar, “Kepemimpinan selalu berurusan dengan perubahan”. Simpan pernyataan ini dalam benak kita semua, sambil munculkan pertanyaan, “Benarkah demikian?”

Jangan tergesa-gesa menjawab pertanyaan di atas, (sabar sedikit), namun banjiri dulu pikiran Anda dengan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:


  • Mengapa seorang pemimpin dibutuhkan?

  • Adakah alasan lain munculnya seorang pemimpin selain untuk menciptakan perubahan?

  • Mungkinkah seorang pemimpin dibutuhkan jika pengikutnya (sama sekali) tidak menginginkan perubahan?

  • (Ngomong-ngomong), mengapa kita perlu berubah?


Woow ? mungkin pertanyaan terakhir yang begitu menyentil pikiran kita semua saat ini. Kalau iya? maka ada 2 (dua) alasan dari jawaban ini yang setidaknya men-trigger kita untuk berubah; (one) kita ingin berhenti dari kondisi sekarang atau (two) kita menemukan tujuan baru yang lebih menarik dan ingin meraihnya.

Jawaban di atas ternyata sekaligus memuaskan beberapa pertanyaan lain di atasnya (ingat! ini bukan jawaban pemuas). Seorang pemimpin tidak dibutuhkan ketika kondisinya amat sangat tenang dan ideal serta tidak memerlukan perubahan.

Kita tentu ingat ungkapan ini, “Tidak ada sesuatu yang kekal, karena yang kekal hanya perubahan”. So, mungkinkah ada “kondisi amat sangat tenang dan ideal serta tidak memerlukan perubahan sama sekali?”

ehemmm… setidaknya sampai saat ini: TIDAK ADA!

Tidak percaya? Mari kita coba latihan sederhana berikut ini.


Apa yang muncul dalam pikiran Anda jika mendengar kata ‘kepemimpinan’?

Sebuah gambar? Bagaimana detilnya?

Ia sebuah gambar yang diam atau bergerak?

Berapa jauh jaraknya?

Berwarna kah atau hitam putih?

Apakah Anda ada di dalam gambar tersebut?

Apa yang Anda rasakan demi melihat gambar tersebut?

Sebuah suara? Bagaimana kualitasnya?

Darimana datangnya?

Seberapa keras volumenya?

Ia datang dari diri Anda atau dari luar?

Sebuah perasaan?

Di manakah letaknya pada tubuh Anda?

Seberapa besar intensitas dan frekuensinya?

Adakah tekstur tertentu?

Tuliskan apa yang anda temukan dalam sebuah kertas, SEKARANG!


Ok, apa yang muncul dalam pikiran Anda ketika mendengar kata ‘memimpin?’

Sebuah gambar, suara, atau perasaan yang lain? Bagaimana detilnya?

Apa bedanya dengan gambar, suara, atau perasaan sebelumnya?

Apa yang Anda rasakan demi melihat gambar, mendengar suara,

dan merasakan perasaan yang terakhir ini?

So, apa Anda dapat membandingkan keduanya?


Jika Anda sama normalnya dengan Saya (Ups! Bercanda!), kata ‘kepemimpinan’ umumnya menunjukkan suatu simbol, yang meskipun seolah tampak statis, ia menggelitik Anda untuk bergerak. Sementara kata ‘memimpin’ biasanya memunculkan sesuatu yang dinamis, sebuah action. Anda tidak bisa tinggal diam jika Anda sudah menyelami kepemimpinan, dan mengambil langkah pertama untuk menjadi pemimpin.

Bumi berputar, jantung berdetak, darah mengalir, nafas berhembus, semuanya memunculkan perubahan yang konstan. Meminjam istilah, “Life will never be the same”, karena memang waktu tidak akan pernah kembali. Kita hanya bisa menandai dan mengukurnya, namun tidak punya daya dan kekuatan untuk mengendalikan lajunya.

Di titik inilah kita pun menemukan pemahaman baru tentang sebuah ajaran yang mengatakan bahwa manusia diciptakan sebagai pemimpin di muka bumi. Semenjak pertama kali Tuhan meng-install nyawa dalam diri kita, semenjak itulah program kepemimpinan sudah di install pula dalam diri kita.

Yap, kepemimpinan adalah bakat alam kita sebagai manusia. Kita tidak perlu ijin dari siapapun untuk menjadi pemimpin. Pun kita tidak membutuhkan posisi apapun untuk menjadi pemimpin.

Bukankah kita seringkali melihat mereka yang memiliki judul jabatan pemimpin namun tidak pernah memiliki pengaruh kepemimpinan? Bukankah pula kita seringkali mencermati mereka yang tidak memiliki jabatan apapun dan menginspirasi begitu banyak orang yang mentasbihkan diri sebagai pengikut?

Kepemimpinan muncul melalui apa yang secara nyata kita lakukan dan kita pikirkan, dan bukan dari seberapa banyak jabatan yang kita pegang. Kepemimpinan memang akan tumbuh subur ketika tanah dan cuacanya amat mendukung, tapi bibitnya tetap berasal dari dalam diri kita sendiri. Karenanya-lah, satu-satunya ijin yang kita perlukan untuk menjadi seorang pemimpin adalah ijin dari diri kita sendiri. Saat ketika kita dengan tegas menyatakan bahwa, “Saya adalah seorang pemimpin,” itulah kita siap untuk memulai langkah pertama menjadi pemimpin.

Beberapa dari kita barangkali menjadi penasaran, “Kapankah saat itu datang kepada saya?”

Setidaknya ada 3 (tiga) hukum dalam pembelajaran (kepemimpinan-pemimpin), yaitu Hukum Tani, Hukum Gulir, dan Hukum Alir. Hukum Tani mengajarkan kita bahwa setiap hal memiliki tahapannya sendiri-sendiri. Secanggih apapun teknologi (pertanian) yang ada, tetap saja setiap benih padi membutuhkan langkah-langkah untuk dilalui. Nah, di sinilah berlaku Hukum Gulir. Kita sudah tahu langkah-langkahnya dan ingin mencapai tujuan dengan lebih cepat? Bergulirlah dengan lebih cepat. Jika untuk menjadi petenis handal harus berlatih 2 kali seminggu selama 1 tahun, maka dengan berlatih 4 kali seminggu dengan kualitas yang sama tentu kita hanya membutuhkan 6 bulan, bukan?

Meminjam ajaran dari Stephen Covey, 2 hukum di atas berada dalam lingkaran pengaruh kita. Lalu, adakah hukum yang letaknya di lingkaran kepedulian kita? Ada, ia adalah Hukum Alir. Sepintar apapun kita merencanakan, sekeras apapun kita berusaha, Tuhan tetap memiliki skenarionya sendiri. Di sinilah kita diingatkan kembali akan makna sebuah ajaran: Kita mungkin mengira sesuatu itu baik padahal ia tidak baik, kita mungkin mengira sesuatu itu buruk padahal ia baik, hanya Tuhan-lah yang mengetahui yang terbaik.

Kita tiba-tiba menyadari mengapa banyak orang merasa sebagai korban alih-alih sebagai pelaku, sebagai akibat dan bukannya penyebab, dan sebagai pengikut daripada pemimpin. Ya! Mereka melompat ke dalam Hukum Alir tanpa pernah bertani secara serius dan bergulir dengan sungguh-sungguh. Wallahu a’lam.


**) Penulis adalah pendidik dan Direktur Pusat Studi Remaja dan Perubahan Sosial (PSR-PS) Cilacap.


0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Dresses. Powered by Blogger