Senin, 22 September 2008

Ilmu itu Menerangi, Tak Mungkin Menggelapi

Oleh : Hernowo


Tadi pagi, ketika sahur, saya menikmati lagi uraian Ustad
Quraish Shihab tentang makna-makna ayat Al-Quran yang terdapat di dalam
Surah An-Nisa’. Di ujung acara, pembawa acara,Mbak Astrie Ivo, bertanya kepada
Ustad Quraish, ”Apakah ilmu dapat menggelapi?”

Secara sangat tegas, Ustad Quraish memberikan jawaban
bahwa ilmu itu adalah sesuatu yang jelas dan benar. Ilmu tidak mungkin
menyesatkan si pemilik ilmu. Jika orang merasa mendapatkan ilmu dan ilmu
itu menggelapi dia, tentulah itu bukan ilmu. Dalam Islam, ilmu itu bagaikan
cahaya.

Setelah saya mendengar apa yang dikatakan oleh Ustad
Quraish, saya teringat tentang sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam
Syafi’i. Riwayat ini terkait dengan obrolan menarik antara Imam Syafi’i dengan
gurunya, Imam Waki’ bin Jarrah. Obrolan tersebut, kurang lebih, demikian:

Imam Syafi’i berkata, “Aku mengadukan perihal keburukan
hafalanku kepada guruku, yang bernama Imam Waki’ bin Jarrah. Guruku lalu
berwasiat agar aku menjauhi maksiat dan dosa. Guruku juga berkata,
‘Muridku, ketahuilah bahwa ilmu itu adalah cahaya (nur). Dan cahaya Allah (nurullah)
tidak akan diberikan kepada orang-orang yang suka berbuat maksiat’.”

Ada kemungkinan mengapa Ustad Quraish mengatakan bahwa ilmu
itu menerangi karena pencarian ilmu tidak boleh dicampur dengan perbuatan
maksiat dan dosa. Dalam kenyataannya, ada beberapa orang yang sepertinya
memiliki ilmu tetapi ilmunya kadang-kadang membuatnya menjalankan tindakan
yang tidak benar. Mungkinkah si pemilik ilmu yang berbuat sesat itu, ketika mencari ilmu, mencampurnya dengan maksiat? Wallahu a’lam.

***

Sumber :

Mailis DikBud@yahoogroups.com

Selasa, 23 September 2008


0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Dresses. Powered by Blogger