Senin, 22 September 2008

Peran Ibu dalam membentuk generasi Unggulan bangsa

Oleh : Rahima

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Sebulan yang lalu, saya diminta oleh panitia Ramadhan untuk mengisi ceramah di Mesjid Indonesia Cairo (MIC). Saya, iakan,..namun, saya tak tahu apa judul yang akan diberikan kepada saya. Saya minta jadwal saya diakhir Ramadhan, karena saya harus mempersiapkan dulu bahannya. Panitia mengabulkannya.

Nama saya tercantum pas tgl 20 Ramadhan. namun, dua minggu sebelum tgl 20 itu, panitia sampaikan, kalau ada salah seorang penceramah berhalangan tanggal 26 nya. Yah..ngak papa, biar saya diundur saja.

Saya santai-santai aja, belum juga mempersiapkan bahannya. Bahkan tgl 18-19 saya pergi keluar kota sekeluarga, karena ada rihlah.

Malamnya sangat letih, pagi jam 11, panitia nelpon saya, bilang kalau tanggal 20 ini, ustadaz nya berhalangan lagi. Bisa tidak Ibu yang maju gantikan nantik?

" Wah,.saya bilang...ngak bisalah,..saya capek, baru pulang tadi malam, dan rencana pagi ini dah janji sama anak saya mo pergi ke toko mainan, ia minta belikan remote control, karena awal Ramadhan kita janji akan belikan dia remote control, kalau AlQurannya tammat selama sebulan Ramadhan ini. Saya belum siapkan bahannya sama sekali, habis dikirain tgl 26 sih. Ceramahkan perlu juga persiapan?"

Begitu saya sampaikan pada panitia. Duh,.Bu,.gimana yah, siapa lagi Bu,..orang pada pergi..?

Ketika itu anak saya mendengar, dan saya tanyakan pada anak saya. Gimana Rahmat, mama diminta ceramah malam ini, kita ngak jadi ke toko mainannya ngak papa?

"Ngak papa mama", jawab anakku. Ok. Tunggu dulu, saya tanyakan suami saya dulu yah?

Saya nelpon suami saya. :"Gimana Uda, Ima diminta ceramah malam ini?"
Jawab suami saya: "Yah,..itu terserah Ima, Ima siap ngak?". Lha,..uda tau sendirikan, kalau Ima belum siapkannya sama sekali.

Padahal hari-hari sebelumnya suami sering tanya, gimana, sudah disiapkan bahan ceramahnya belum? Selalu jawabku belum,..belum kebuka pikiran untuk nulis topik itu Uda",..selalu itu jawabku.".

Suamiku bilang. "Ima ini memang begitu orangnya, santai banget..sudah keburu2 baru bisa serius. "Ima bingung, sebab Ima akan berceramah masalah yang justru Ibu-Ibu, Bapak-bapak disana jauh lebih berpengalaman dari Ima, kan malu, kita masih seumur jagung dalam mendidik anak, dah nasehatin orang yang anak-anaknya dan berhasil, mereka jauh lebih berpengalaman lagi, jadi belum kebuka pikiran Uda...". "Yah,..sudah,..sampaikan aja apa yang mau Ima sampaikan, ngak usah pandang siapa yang hadir".

"Akhirnya suamiku jawab lagi dalam telpon, yah,.sudah, kan masih ada waktu beberapa jam, siapkan aja sekarang".

Akhirnya, aku melirik buku :"Fiqh Tarbiyatul Abnaak"(Fiqih bagaimana cara mendidik anak (dalam islam tentunya)".

Yah,..dari situ, aku baca satu buku sekaligus dalam jangka beberapa jam saja. Kemudian, kucoba untuk menuangkannya dalam tulisan. Dan alhamdlulillah selesai juga, dan kusuruh anakku memprintkannya di toko komputer, dengan membawa flash saja.

Alhamdulillah, saya bisa menyampaikan ceramah dengan sambutan cukup seru dan ramai juga. Bahkan ada yang minta tanya jawab. namun, karena besok bukan hari libur, maka sudah menjadi aturan, hanya besoknya hari libur saja yang ada tanya jawabnya. Syukurlah, saya pikir, sebab, hakikatnya suara saya sudah hampir hilang, dikarenakan saya masih batuk, dan kecapean dari luar kota. Mudah-mudahan dilain waktu aja tanya jawabnya.

Dari hasil tulisan, tidak semua yang ada didalam tulisan ini saya sampaikan, dan tidak semua pula yang saya sampaikan ada dalam tulisan ini. Susah juga, rencana akan dihafal saja, ternyata tidak bisa, sebab, saya tidak terbiasa kalau ceramah itu hasil hafalan. Lucu rasanya. Seakan kita tidak sedang berbicara dengan audiens kita. Kalau hasil hafalan yang kita tulis itu. Maka, point-pointnya saja yang saya sampaikan, dan bahasa tulisan tidak sama dengan bahasa lisan saat berdiri diatas podium. Diatas podium, biasanya lebih bersemangat, sementara bahasa tulisan, jauh lebih tenang, hanya isinya hampir sama saja, paling kurang lebih sedikit.

PERAN IBU DALAM MEMBENTUK GENERASI UNGGULAN BANGSA
OLEH Ibu Rahima Rahim .MA

Bismillahirrahmaanirrahim,

"Alhamdulillahilladziiy khalaqa Fasawwaa, Wa'a'thaa kullaasyaiin khalqahu Tsumma haday, wasshalaatu wassalamu, 'ala muhammdin nabiyyil Hudaay, Wa'alaa 'aalihi washahbihi wamanihtaday"

Qaalallahu, Ta'ala filQuranilkariim : "Wal Yakhshalladziina lau tarakuu minkhalfihim dzurriyyatan dhii'aafa khaafuu 'alaihim fal yattaqullaaha walyaquuluu qoulan sadiidaa".

"Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak(keturunan) yang lemah, hendaklah mereka takut akan kesejahteraan mereka, dan bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar".

Bapak-bapak, Ibu-ibu anak-anak siswa/siswi saudara saudari sekalian yang saya muliakan.

Berbicara masalah peran seorang Ibu, terhadap pembentukan generasi unggulan bangsa sebenarnya sangatlah pentingnya. Namun terlebih penting dan terlebih baik lagi, apabila kita memberikan topic ini, jauh lebih luas lagi, yakni Peran Orang Tua terhadap pembentukan generasi bangsa.

Sebab, hanya berbicara pada peran seorang Ibu serasa, kita berbicara hanya tentang seekor sayap burung saja, sementara burung kalau terbang tinggi memerlukan dua sayap sekaligus, akan pincang dan akan lumpuhlah ia tanpa kedua sayapnya. Begitupulalah pembentukan generasi bangsa unggulan, haruslah berpegang pada peran kedua orang tua, bukan Ibu saja, tidak pula Bapak saja, tetapi ayah dan Ibu sekaligus.

Bapak-bapak, ibu-ibu saudara saudari jamaah mesjid sekalian yang saya hormati,

Apabila saya yang diminta untuk menyampaikan masalah Peran orang tua ini, tentu dengan tanpa mendahului dan tanpa menghilangkan rasa hormat saya kepada para Ibu-ibu, bapak-bapak yang jauh lebih berpengalaman dari saya dalam mengurus dan membentuk generasi bangsa yang bahkan sudah banyak menghasilkan generasi cemerlang dan maju, baik maju sisi dunia, maupun sisi agamanya. Saya disini seakan sedang mengajari ikan yang sudah memang pandai berenang. Saya sedang memberikan ceramah pada orang yang jauh lebih berpengalaman dari saya ketimbang diri saya yang masih muda sekali belum, tua sekali juga belum, namun boleh dikatakan masih sedang mekar, belum layu lagi.

Namun, yang namanya amanah dan tugas yang sudah diberikan panitia kepada saya, untuk itu saya ucapkan terima kasih dan saya terima tugas, amanah ini dengan sebaik-baiknya dalam rangka saling nasehat menasehati dalam kebaikan, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Bapak, Ibu Jamaah shalat tarawih yang saya muliakan.

Kenapa saya mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan dalam membentuk generasi unggulan bangsa, diperlukan juga bukan selain ibu, namun Bapak juga?

Ini karena sudah sangat jelas, peran seorang ayahlah yang justru saya lihat banyak tercantum didalam AlQuranulkarim.

Coba mari sama-sama kita lihat. Siapakah yang banyak disebut dalam AlQuran dalam memberikan nasehat kepada anak-anaknya,..sang Ibukah..atau ayahkah..?

Jawabnya, banyak di ayah. Buktinya apa?

Mari kita lihat nasehat Luqman kepada anaknya(Q.S Luqman 31:13-19) : " Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu dia memberi pengajaran kepada anaknya, Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah ke dzaliman yang besar,

Wahai anakku, sesungguhnya jika suatu perbuatan seberat biji Sawi, dan berada dalam batu atau langit, atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya(membalasinya), sesungguhnya Allah maha halus, lagi maha mengetahui,

Hai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah manusia mengerjakan yang baik, dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah Ta'ala.

Janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia, karena rasa sombong, dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,

Dan sederhanalah dalam berjalan, lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai".


Bapak, Ibu sekalian, mari kita lihat lagi peran nabi ayah nabi Yusuf yakni Ya'qub, putera Ishaq, putera nabi Ibrahim alaihissalam , tatkala ia menasehati anaknya Yusuf 'alaihissalam dalam menghadapi mimpi, untuk menjaga rasa iri kakak-kakaknya, apa yang beliau katakan, tatkala nabi Yusuf bercerita "Wahai ayahku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku, sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku"?

Sang ayah yang bijak dan budiman berkata :"Wahai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar untuk membinasakanmu, sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia".(Q.S Yusuf 4-5).

Kita lihat lagi, bagaimana bijaksana dan tidak otoriternya nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail, ketika mendapatkan perintah dari Allah Subhanahu Wata'ala untuk menyembelih anaknya, apa yang dilakukan nabi Ibrahim? Ia berdiskusi pada anaknya:"Wahai anakku, aku melihat dalam mimpiku, aku menyembelih kamu, maka apakah pandanganmu dalam hal ini?".(Q.S As Shaffat 102). Apa jawab anak yang shalih tersebut :"Wahai ayahku, lakukanlah apa yang dilakukan Allah kepadamu, sesungguhnya engkau akan mendapati aku dari orang-orang yang sabar".

Baik nabi Ibrahim ataupun nabi Ya'qub selalu mewasiatkan kepada anak-anaknya :"Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati, kecuali kamu dalam keadaan Islam".

Subhanallah, betapa wasiat yang agung pembentuk generasi unggulan bangsa, keimanan, keislaman dan jauh dari syirik, serta selalu berakhlakul karim, tidak sombong, dan tidak angkuh. Semua itu adalah sebahagian dari isi nasehat seorang ayah kepada anaknya. Lihatlah betapa besar peran ayah pada pembentukan generasi unggulan bangsa, apakah kita mengingkari firman Allah ta'ala ini, tentu tidak bukan?

Lantas, kita lihat lagi, bagaimana peran Ibu yang ada didalam AlQuranulkarim.

Mari sama-sama kita lihat, Ibundanya siti Maryam, ketika sedang mengandung anaknya Maryam, apa yang dikatakannya?

Ingatlah, ketika istri Imran berkata :"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang berada dalam kandunganku, menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmad(di Baitul Maqdis), karena itu terimalah nadzar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui,

Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata :"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak lelaki tidaklah sama dengan anak perempuan, sesungguhnya aku telah menamainya Maryam, dan aku memohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau dari syetan yang terkutuk".

Subhanallah, seorang Ibu yang shalih, sebelumpun anaknya lahir, sudah meminta perlindungan kepada Allah akan keselamatan anaknya, bahkan keselamatan cucu/keturunan dari anak-anaknya tersebut.

Dan peran Do'a kedua orang tua, seharusnya selalu setiap selesai shalat selalu mendo'akan kebaikan untuk keturunannya."rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatina qurrata 'ayun, waj'alnaa lilmuttaqiinaa imaamaa".

Dapat dibayangkan, bukan sekedar berdo'a menjadi orang yang shalih, tetapi Imam bagi orang yang shalih, Imam orang bertqwa, betapa tinggi do'a orang tua terhadap anak-anaknya. Dan itulah kewajiban orang tua terhadap anak, yakni mendo'akannya selalu.

Dalam sebuah hadits riwayat atturmudzi, dan Ibnu Hibba dalam kitab shahihnya "Tidak ada yang bisa merubah/menolak qadha(yang sudah ditentukan oleh Allah Ta'ala), kecuali Do'a, dan tidak ada yang bisa menambah umur, kecuali kebaikan".
Dan hal ini dikuatkan dengan firman Allah Ta'ala :Allah menghapuskan apa yang dia sukai, dan menetapkan juga apa yang telah tertulis di Ummil kitaab".

Imam Assyaukaani dalam bukunya "Tuhfatuddzaakirin halaman 20 mengatakan :"Do'a adalah dari ketentuan Allah Ta'ala, sesungguhnya Allah telah menetapkan sesuatu terhadap hambanYa, muqayyidan terhadap hambanYa, kalau ia tak berdo'a, maka jika dia berdo'a maka akan berubahlah qadha tersebut dengan izinNya".

Orang tua dilarang mendo'akan baik dengan sengaja, atau tanpa sengaja untuk anaknya, sebab bisa jadi do'a tersebut diucapkan pas ketika waktu-waktu yang mana do'a di terima oleh Allah Ta'ala, dan diaminkan oleh Malaikat.


Dalam sebuah riwayat, seorang lelaki yang sedang memegang hewan ternaknya, kemudian dia melaknat hewan tersebut. Lantas apa kata rasulullah, :Sipakah yang melaknat hewan piaraannya tadi? Lelaki itu berkata ;"Aku Ya Rasulullah, kemudian Rasulullah menyuruhnya turun dan jangan menemai hewan piaraan itu lagi, dan Rasulullahpun berpesan kepada ummat islam: Janganlah kamu berdo'a (kejelekan) atas diri kamu, anak-anak-anak kamu, juga terhadap harta benda kamu, bisa jadi saat kamu berdo'a Allah mengabulkannya"(H.R Muslim 3009).

Bagi kedua orang tua, dalam mepersiapkan anak generasi unggulan bangsa, hendaklah bersikap taqwa, dan berkata yang benar. Sebab, Allah berfirman :"Sesungguhnya Allah menerima amalan dan do'a dari orang-orang yang bertaqwa"(Al Maidah 27)

Disebutkan dalam sebuah hadits, riwayat Muslim di shahihnya dari Abi Hurairah, :Seorang lelaki yang sedang dalam perjalanan panjang, dan berdo'a kepada Allah ta'ala :" Yaa..Rabbb..ya rabbb…!!, sementara makannanya dari hasil yang haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia diberi dari makanan gizi dari hasil yang haram, maka bagaimana bisa di kabulkan Do'anya?

Kemudian, untuk membentuk generasi unggulan bangsa, selain Do'a, maka anak dipersiapkan dengan Ilmu-Ilmu baik Umum dan Agama. Rasulullah bersabda :"kamu, lebih mengetahui urusan dunia kamu, dan kami lebih mengetahui urusan akhirat kamu". Dan carilah apa-apa yang diberikan Allah pada kamu akan urusan akhirat, tetapi jangan sampai kamu lupakan urusan dunia kamu.

Anak diajarkan agar terbiasa patuh dan berbakti serta berbuat baik kepada dua Ibu Bapanya, karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua.(dan kepada kedua ibu bapa berbuat baiklah, dan janganlah kamu katakan kepada keduanya Ah..Cis,..dan janganlah kamu menghardik keduanya(apalagi sampai menjelekkannya dihadapan siapapun)

Anak diajarkan jangan menserikatkan kepada Allah. Tauhidullah hanya meminta kepada Allah Ta'ala, jangan mensekutukannya baik syiri' Ubudiyyah, maupun amaliyyah dan qauliyyah(Syirik Ibadah, amalan dan perkataan).

Anak-anak diajarkan Berakhlak yang baik, akhlaq mulia, yang cukup panjang dalam pembahasan ini, tidak mungkin dibahas disini.kita tahu, bahwa Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlaq
Demikianlah yang dapat saya berikan dalam waktu yang singkatnya, terlebih dan terkurang saya mohon dimaafkan. Apabila ada kesalahan, itu berasal dari saya dan syetan yang terkutuk, yang benar datangnya dari Allah semata.

Wassalamu'alaikum. Rahima. Cairo 20 Ramadhan 2008

***

Sumber :

Mailis syiar-islam@yahoogroups.com

Selasa, 23 September 2008

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Dresses. Powered by Blogger